Padangsidimpuan 24/6 (Antarasumut)- Tomat Varietas Servo memiliki panen rata-rata 3 ton untuk 1100 jumlah tanaman. Hal itu sesuai dengan hasil panen perdana tomat yang dilakukan petani di Desa Mompang, Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu.
Plt Kepala Badan Ketahanan Pangan Ir Fauziah Nasution bersama Plt Kepala BPP Angkola Julu Bustanul Arifin Dalimunthe STP, Jumat, waktu langka, harga tomat bisa-bisa mencapai Rp 11 ribu per kilogram. Namun, kondisi biasa hanya sekitar Rp 2 ribu, Rp 3 ribu Rp 4 ribu dan harga lainnya, sehingga, panen ini sudah bisa dibuktikan bahwa tomat ini bisa mencapai 3 sampe 4 kilogram per batang.
Kemudian, Bustanul mengatakan, bahwa petani tomat akan lebih sejahtera jika tanamannya skala besar, sebab, panen akan lebih maksimal apabila tanaman tomat berjumlah besar.
“Misalnya, Rp 3000 kali 40.000 (Tanaman untuk 1 hektar), maka hasilnya Rp120 juta untuk 1 hektar, kita belah dua saja, Rp 60 juta untuk perawatan dan upah segala macam, dan sisanya Rp60 juta lagi, berarti sudah ada Rp 20 juta per bulan penghasilan petani.
Artinya kan jika dikomersilkan ini dalam skala banyak, berarti kan menguntungkan, beda dengan cabai, soalnya cabai skala banyak bisa kriting, karena pengendaliannya jika tidak disemprot abis Magrib (malam hari, red) maka besoknya sudah kriting,†terangnya.
Kemudian rata-rata tomat sudah tahan terhadap virus gemini. Jadi, kalau ini diperbanyak atau bukan skala seperti ini. Misalnya luasnya 1 hektar dan ada 4 petani, soalnya 1 petani itu sanggup untuk 2.000 meter tanaman tomat, kalau cabai belum tentu sanggup.
“Yang perlu mungkin pembuatan bedengan dan pembersihan lahan, menyemprot hanya sekedar. Jumlah rumpunnya 1 hektar, itu dapat sekitar 30.000 sampai 40.000. Namun ini harus dikerjakan secara rutin oleh petani,†pungkasnya.
Sementara itu Petani Tomat, Roy Pasaribu bersama PPL Halim Sitanggang menyampaikan, kendala yang dirasakan petani dari masa tanam ialah jamur akar ketika berumur 2 minggu.
“Makanya kalau lahan baru, tomatnya pasti lebih bagus. Paling kendala utama cuaca, itu yang paling berperan, ketidakteraturan iklim, karena itu berpengaruh terhadap perkembangbiakan jamur. Solusinya, pengendaliannya tepat waktu, tepat dosis dan lainnya. Tetapi itu tidak terlalu berpengaruh, kalau yang kami anjurkan, lahannya jangan bekas yang sudah dipakai, seharusnya tidak boleh dibuat lagi kalau sudah pernah dipakai, dan harus lahan baru, “ katanya, Minggu.
“Tanaman ini, asal dikerjakan punya untung, di Padangsidimpuan Angkola Julu, petani yang kaya bukan karena sawahnya yang luas, karena apa? Biasanya karena tomat. Bisa dia membangun rumahnya, dia bisa menyekolahkan anaknya. Bukan permasalahan harga, tetapi petani yang pintar harus bisa membaca kondisi pasar untuk 3 bulan ke depan, ini kan target kami seminggu sebelum lebaran panen,†pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
Plt Kepala Badan Ketahanan Pangan Ir Fauziah Nasution bersama Plt Kepala BPP Angkola Julu Bustanul Arifin Dalimunthe STP, Jumat, waktu langka, harga tomat bisa-bisa mencapai Rp 11 ribu per kilogram. Namun, kondisi biasa hanya sekitar Rp 2 ribu, Rp 3 ribu Rp 4 ribu dan harga lainnya, sehingga, panen ini sudah bisa dibuktikan bahwa tomat ini bisa mencapai 3 sampe 4 kilogram per batang.
Kemudian, Bustanul mengatakan, bahwa petani tomat akan lebih sejahtera jika tanamannya skala besar, sebab, panen akan lebih maksimal apabila tanaman tomat berjumlah besar.
“Misalnya, Rp 3000 kali 40.000 (Tanaman untuk 1 hektar), maka hasilnya Rp120 juta untuk 1 hektar, kita belah dua saja, Rp 60 juta untuk perawatan dan upah segala macam, dan sisanya Rp60 juta lagi, berarti sudah ada Rp 20 juta per bulan penghasilan petani.
Artinya kan jika dikomersilkan ini dalam skala banyak, berarti kan menguntungkan, beda dengan cabai, soalnya cabai skala banyak bisa kriting, karena pengendaliannya jika tidak disemprot abis Magrib (malam hari, red) maka besoknya sudah kriting,†terangnya.
Kemudian rata-rata tomat sudah tahan terhadap virus gemini. Jadi, kalau ini diperbanyak atau bukan skala seperti ini. Misalnya luasnya 1 hektar dan ada 4 petani, soalnya 1 petani itu sanggup untuk 2.000 meter tanaman tomat, kalau cabai belum tentu sanggup.
“Yang perlu mungkin pembuatan bedengan dan pembersihan lahan, menyemprot hanya sekedar. Jumlah rumpunnya 1 hektar, itu dapat sekitar 30.000 sampai 40.000. Namun ini harus dikerjakan secara rutin oleh petani,†pungkasnya.
Sementara itu Petani Tomat, Roy Pasaribu bersama PPL Halim Sitanggang menyampaikan, kendala yang dirasakan petani dari masa tanam ialah jamur akar ketika berumur 2 minggu.
“Makanya kalau lahan baru, tomatnya pasti lebih bagus. Paling kendala utama cuaca, itu yang paling berperan, ketidakteraturan iklim, karena itu berpengaruh terhadap perkembangbiakan jamur. Solusinya, pengendaliannya tepat waktu, tepat dosis dan lainnya. Tetapi itu tidak terlalu berpengaruh, kalau yang kami anjurkan, lahannya jangan bekas yang sudah dipakai, seharusnya tidak boleh dibuat lagi kalau sudah pernah dipakai, dan harus lahan baru, “ katanya, Minggu.
“Tanaman ini, asal dikerjakan punya untung, di Padangsidimpuan Angkola Julu, petani yang kaya bukan karena sawahnya yang luas, karena apa? Biasanya karena tomat. Bisa dia membangun rumahnya, dia bisa menyekolahkan anaknya. Bukan permasalahan harga, tetapi petani yang pintar harus bisa membaca kondisi pasar untuk 3 bulan ke depan, ini kan target kami seminggu sebelum lebaran panen,†pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016