Muda dan berintegritas. Itulah kriteria yang menjadi kesimpulan banyak pihak terhadap sosok Husni Kamil Manik, Ketua KPU RI yang meninggal dunia pada 7 Juli 2016.

Muda, karena Husni Kamil baru berusia 40 tahun. Almarhum baru genap berusia 41 tahun pada 18 Juli 2016, atau 11 hari sebelum ulang tahun.

Berintegritas, karena Husni Kamil selalu berupaya menjaga tugasnya sebagai penyelenggara Pemilu dengan seadil mungkin dan berusaha maksimal untuk menghindari hal-hal yang dapat mengurani integritasnya.

Kesimpulan itu mungkin akan semakin menguat, bahkan mengundang kekaguman jika mengetahui proses perawatan dan detik-detik Husni Kamil menghadap Ilahi.

Husni Kamil mulai mengeluhkan penyakit yang telah lama dideritanya pada Rabu dinihari, tepatnya menjelang shalat subuh Idul Fitri 1437 Hijriyah.

Namuh Husni Kamil tidak dapat langsung ke RS, karena supir yang bertugas mendampinginya sebagai Ketua KPU RI diizinkan tidak bekerja untuk merayakan libur Idul Fitri.

Husni Kamil baru berangkat ke RS yang ada di sekitar Pejaten, Jakarta yang dekat dengan rumah dinasnya dengan bantuan salah seorang sahabatnya.

Dengan pertimbangan untuk mendapatkan perawatan lebih intensif dan peralatan yang lebih canggih, Husni Kamil dirujuk ke RS Pusat Pertamina.

Risdianto, salah seorang sahabat Husni Kamil menceritakan, Ketua KPU RI tersebut mendaftarkan diri untuk mendapatkan pelayanan medis tanpa menyebutkan jabatannya.

Ia melarang sahabat dan keluarganya untuk menyebutkan jabatannya sehingga mendaftarkan diri sebagai pasien dengan asuransi pribadi.

Akibatnya, pria yang akan berulang tahun ke-41 pada 18 Juli 2016 tersebut hanya mendapatkan perawatan "biasa" dengan pelayanan satu orang perawat.

 Perawatan lebih baru didapatkan Husni Kamil setelah anggota KPU RI Hadar Nafis Gumay membesuknya dan menghubungi pimpinan RS Pusat Pertamina mengenai keberadaan Ketua KPU RI tersebut.

Setelah diperiksa secara intensif, Husni Kamil didiagnosa menderita penyakit yang cukup parah dan telah dideritanya cukup lama.

Kondisi kesehatan dan darah yang kurang baik menyebabkan Husni Kamil menderita "abses" atau bisul yang tidak memiliki mata sehingga tidak pecah-pecah. Bisul itu menyebabkan "sepsis" atau infeksi dan meracuni organ tubuhnya.

Namun dengan alasan tidak mau menyusahkan orang lain, Husni Kamil tidak pernah mau menceritakan penyakitnya, termasuk kepada isterinya yang bernama Endang Mulyani.

"Endang sampai bersedih karena tidak pernah mengetahui penyakit suaminya," kata Risdianto.

Kondisi kesehatan Husni Kamil sudah cukup parah karena ditambah dengan diabetes atau penyakit gula yang dideritanya. Sehingga nadi di tangannya tidak meresepon terhadap obat.

Karena itu, tim medis RS Pusat Pertamina memutuskan untuk melakukan "central venous pressure" (CVP) atau memasukkan obat melalui pipa yang ditembuskan melalui dada bagian kanannya.

Disebabkan tidak tahan melihat kondisi yang ada, kerabatnya terpaksa menghubungi Hj Nurliani Siregar, ibu kandung Husni Kamil yang bertempat tinggal di Desa Bandar Khalifah, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara.

Ketika Hj Nurliani Siregar tiba di RS Pusat Pertama pada Kamis (7/7), kondisi Husni Kamil sudah semakin parah sehingga harus dimasukkan ke dalam ruangan ICU.

Dari dinding kaca, Husni Kamil hanya memberikan isyarat dengan telapak tangan sambil jari telunjuknya menunjuk ke arah atas.

"Malam harinya, dia ditanya arti isyaratnya itu, Husni bilang, tenang saja, nanti kita jumpa diatas (di langit). Husni seperti sudah merasakan ajalnya telah tiba," ujar Risdianto.

Usai shalat magrib, Husni Kamil memanggil seluruh keluarganya untuk masuk. Tanpa diketahui sebabnya, Husni Kamil memberikan wasiat untuk ketiga anaknya Afifuddin Manik, Abid Manik, dan Nuraisyah H Manik untuk selalu menjadi anak yang baik dan tidak pernah meninggalkan shalat.

Setelah itu, Husni Kamil didampingi ibunya Hj Nurliani Siregar dan isterinya Endang Mulyani melaksanakan shalat isya.

Usai shalat tersebut, Husni Kamil merasakan kondisinya makin melemah. Didampingi keluarganya, Husni Kamil terus mengucapkan takbir dan syahadat.

"Satu jam kemudian, Husni menghembus napas terakhir sambil mengucapkan 'Allahu akbar, la ilaha illallah' dengan lancar," katanya.

Integritas Husni Kamil juga disampaikan sahabatnya yang lain Azhari Marzuqi Nasution yang mendapatkan informasi jika Ketua KPU RI itu menerima tawaran tim medis dari Wapres RI Jusuf Kalla.

Namun tawaran itu ditolak Husni Kamil karena ingin menjaga integritasnya sebagai penyelenggara Pemilu. Husni Kamil menyadari, Jusuf Kalla merupakan salah satu kontestan dalam pemilihan presiden (pilpres) tahun 2014.

Mantan Presiden Mahasiswa Universitas Andalas itu tidak ingin integritas dan nama baiknya rusak dengan asumsi menerima suatu dari salah satu kontestan pilpres.

Akhirnya, Husni Kamil pergi meninggalkan dunia ini dengan pendampingan orang-orang tercintanya sambil membawa integritas yang selalu dijaganya.

Integritas dan dedikasi Husni Kamil sebagai penyelenggara Pemilu itu juga diungkap Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui akun twitternya.

Dalam akunnya, SBY mengaku terkesan dengan sosok Husni Kamil yang tenag, cakap, netral, independen, dan pandai menjaga jarak dengan seluruh kekuatan politik di Tanah Air.

Karena itu, kepergian Husni Kamil dinilai SBY sebagai salah satu bentuk kehilangan bangsa terhadap putera teladan yang dinilai memiliki sumbangsih dalam keberhasilan Pemilu dan pilkada dalam lima tahun terakhir.

Di akhir kata dalam akunnya, SBY memanggil adinda kepada Husni Kamil sambil mendoakannya agar Allah SWT menerima seluruh ibadah, pengabdian, dan kontribusi putera asal Sumatera Utara itu.

Selamat jalan sahabat, semoga integritasmu menjadi teladan bagi anak bangsa.

Pewarta: Irwan Arfa

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016