Tapanuli Selatan,5/7(Antarasumut)- Apabila anda lintas mudik jalur lintas tengah Sumatera, tepat memasuki kecamatan Batang Angkola, Tapanuli Selatan, anda akan banyak menjumpai pedagang buah semangka pinggir jalan.
Salah seorang pedagang buah semangka pinggir jalan lintas Sumatera, Zulbahri Nasution (36) menuturkan, lapak-lapak lokasi berjualan semangka pinggir jalan itu tumbuh disaat hendak menjelang lebaran.
Sambil menawarkan dagangan semangkanya Rp4 ribu per kg, ayah 3 anak ini mengatakan, berdagang semangka menjelang lebaran setiap tahunnya lumayan menambah inkam ekonomi keluarga para pedagang.
"Ini buk, pak..empat ribu satu kilo, bisa kurang sedikit," katanya menawarkan semangka manisnya kepada pembeli yang setiap ada melintas dari depan lokasi jualannya.
Semangka-semangka tersebut hasil dari panen kebunnya," itu pak kebunnya seberang jalan itu," katanya menunjukkan kepada Antara asal semangka yang warna isi daging buahnya cukup merah merekah, Selasa.
Menurutnya, semangka yang mereka jual disepanjang Jalinsum Km 12 arah Padangsidimpuan tersebut rata-rata dengan menanam dan menggunakan bibit 'baginda' diproduksi 'panah merah.'
"Dua bungkus bibit baginda, mampu memproduksi panen semangka 2,7 ton dari luas areal lahan setengah lungguk atau setara luas 800 meter tanah," katanya.
Hasil panen sebanyak itu tidak menunggu waktu lama, prosesnya cukup hanya dua bulan mulai dari menabur bibit baginda yang per bungkusnya di hargai Rp40 ribu hingga merawat sampai terakhir memanen.
"Untuk menghasilkan produksi semangka yang benar-benar manis kita upayakan menanam bibitnya diawal-awal memasuki musim kemarau, dan diprediksi panennya bisa di ramadhan dan lebaran, tiap tahunnya," katanya.
Tidak jarang semangka-semangka tersebut diborong para touke untuk dibawa dan dijual kembali ke daerah seperti Sibolga, Tapteng, Dumai, Pakan Baru, Paluta sekitarnya.
"Alhamdulillah, ramadhan benar bulan penuh berkah, hasil penjualan semangka-semangka kebunnya bisa terkumpul menambah pundi pundi keuangan rumah tangga," katanya.
Dia mengatakan dari areal setengah lungguk dengan hasil produksi semangka seberat 2,7 ton bisa menghasilkan uang mencapai Rp10 juta.
"Bagi petani semangka namun memakai lahan orang lain, dia harus mengeluarkan sepertiga dari hasil total uang tersebut kepada si empunya lahan," jelasnya.
Usai lebaran, biasanya para petani kembali memamfaatkan areal pertanian mereka untuk kembali menanam padi dan jagung.
Sejalan dengan usia panen dan musim, lapak-lapak lokasi jualan semangka lambat laun pun tidak ada lagi dan menunggu tahun depan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
Salah seorang pedagang buah semangka pinggir jalan lintas Sumatera, Zulbahri Nasution (36) menuturkan, lapak-lapak lokasi berjualan semangka pinggir jalan itu tumbuh disaat hendak menjelang lebaran.
Sambil menawarkan dagangan semangkanya Rp4 ribu per kg, ayah 3 anak ini mengatakan, berdagang semangka menjelang lebaran setiap tahunnya lumayan menambah inkam ekonomi keluarga para pedagang.
"Ini buk, pak..empat ribu satu kilo, bisa kurang sedikit," katanya menawarkan semangka manisnya kepada pembeli yang setiap ada melintas dari depan lokasi jualannya.
Semangka-semangka tersebut hasil dari panen kebunnya," itu pak kebunnya seberang jalan itu," katanya menunjukkan kepada Antara asal semangka yang warna isi daging buahnya cukup merah merekah, Selasa.
Menurutnya, semangka yang mereka jual disepanjang Jalinsum Km 12 arah Padangsidimpuan tersebut rata-rata dengan menanam dan menggunakan bibit 'baginda' diproduksi 'panah merah.'
"Dua bungkus bibit baginda, mampu memproduksi panen semangka 2,7 ton dari luas areal lahan setengah lungguk atau setara luas 800 meter tanah," katanya.
Hasil panen sebanyak itu tidak menunggu waktu lama, prosesnya cukup hanya dua bulan mulai dari menabur bibit baginda yang per bungkusnya di hargai Rp40 ribu hingga merawat sampai terakhir memanen.
"Untuk menghasilkan produksi semangka yang benar-benar manis kita upayakan menanam bibitnya diawal-awal memasuki musim kemarau, dan diprediksi panennya bisa di ramadhan dan lebaran, tiap tahunnya," katanya.
Tidak jarang semangka-semangka tersebut diborong para touke untuk dibawa dan dijual kembali ke daerah seperti Sibolga, Tapteng, Dumai, Pakan Baru, Paluta sekitarnya.
"Alhamdulillah, ramadhan benar bulan penuh berkah, hasil penjualan semangka-semangka kebunnya bisa terkumpul menambah pundi pundi keuangan rumah tangga," katanya.
Dia mengatakan dari areal setengah lungguk dengan hasil produksi semangka seberat 2,7 ton bisa menghasilkan uang mencapai Rp10 juta.
"Bagi petani semangka namun memakai lahan orang lain, dia harus mengeluarkan sepertiga dari hasil total uang tersebut kepada si empunya lahan," jelasnya.
Usai lebaran, biasanya para petani kembali memamfaatkan areal pertanian mereka untuk kembali menanam padi dan jagung.
Sejalan dengan usia panen dan musim, lapak-lapak lokasi jualan semangka lambat laun pun tidak ada lagi dan menunggu tahun depan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016