Medan, 14/9 (Antara) -Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara memperkirakan harga ekspor karet masih tetap rendah di bawah 1,4 dolar AS per kg hingga akhir tahun 2015.

"Asumsi masih rendahnya harga karet mengacu pada harga minyak mentah dan lemahnya permintaan dari RRT (Republik Rakyat Tiongkok), Amerika Serikat, Jepang dan India," ujar Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Minggu.

Harga ekspor karet SIR20 pekan ini sebesar 1,262 dolar AS per kg untuk pengapalan Oktober 2015.

"Kalaupun naik, mungkin hanya sedikit, karena di pasar bursa terakhir, harga untuk di awal tahun 2016 ditutup 1,270 dolar AS per kg," katanya

Harga ekspor yang melemah akibat banyak faktor termasuk menurunnya permintaan dari negara pengimpor utama yakni RRT, AS, India dan Jepang.

Rendahnya harga ekspor membuat pengusaha pabrikan masih tetap kesulitan dan petani juga resah.

Perusahaan pabrikan sebagian besar masih beroperasi tidak normal dan petani dilaporkan banyak yang tidak menderes getah karetnya dan bahkan menebang pohonnya.

Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, langkah petani yang menebang pohon karetnya harus segera diantisipasi.

"Jangan sampai, Indonesia yang selama ini masuk dalam negara pengekspor utama karet menjadi pengimpor," katanya.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu menyebutkan, pemerintah harus membeli karet petani atau memberi dana subsidi agar harga jual yang rendah itu bisa tidak dirasakan petani.

"Harus ada langkah konkrit menyelamatkan petani karet seperti yang dilakukan negara lain seperti Thailand." katanya.

Pewarta: Oleh Evalisa Siregar

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015