Medan, 6/9 (Antara) - Setelah lebih 20 tahun bergerak dalam dunia pergerakan dan sosial, Efendi Panjaitan memantapkan diri untuk masuk dunia politik.

Dengan dukungan PDI Perjuangan, kini mantan Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara duduk menjadi anggota DPRD tingkat Provinsi Sumatera Utara.

"Saya masuk ke politik agar bisa berbuat lebih banyak," katanya di Medan, Minggu, ketika dipertanyakan tentang motivasi menjadi politisi.

Selama ini, pria kelahiran Medan pada 6 November 1960 tersebut selalu bergelut dalam bidang sosial, terutama memperjuangkan kelestarian lingkungan hidup melalui Walhi.

Mulai dari Walhi (1996-2002), Sekjen Komite Independen Pemantan Pemilu (1997), LSM perburuhan sejak 1987, Forum Wahana Informasi Masyarakat (1996-1999), Pendiri Elsaka (Lembaga Studi dan Advokasi Kebijakan), Pendiri Sawit Watch Bogor, hingga menjadi pembina berbagai organisasi kemahasiswaan di Sumatera Utara.

Namun perjuangan tersebut dinilai belum memberikan hasil maksimal karena dilakukan dari "luar sistem" sehingga posisi tawarnya lemah.

Untuk memberikan pengaruh lebih besar, terutama dalam mendorong pemerintah selaku pembuat kebijakan, suami dari Elviana Manalu (53) tersebut memantapkan diri menjadi wakil rakyat.

Dengan doa empat anaknya, Ricky Pangeran Adiputra Panjaitan (28), Yosephine Arta  Panjaitan (26), Bob Immanuel  Panjaitan (22), dan Melda Dessy  Panjaitan (18), Efendi berhasil menjadi anggota DPRD Sumatera Utara melalui Pemilu 2014.

Keikutsertaan dalam politik bukan karena merasa lelah berjuang dari luar sistem, melainkan untuk meningkatkan posisi tawar terhadap berbagai ide yang dimiliki selama ini.

"Saya mencoba main 'dari dalam'. Menjadi dewan itu strategis karena mengatur regulasi," kata alumni Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen dan program Magister Studi Pembagunan USU itu.

Karena kepeduliannya di bidang sosial, mulai dari kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, hingga ketenagakerjaan, Efendi Panjaitan dipercaya menjadi Ketua Komisi E DPRD Sumatera Utara yang membidangi kesejahteraan rakyat.

Hampir setahun menjadi wakil rakyat, terutama mengetuai komisi yang berkaitan dengan sosial tersebut, Efendi Panjaitan mengakui bahwa perjuangan untuk membenahi aspek sosial itu tidak mudah.

Meski demikian, pria yang terus menjadi pembicara dalam berbagai seminar dan pelatihan itu mengaku tidak akan pernah menyerah karena perjuangan tersebut telah menjadi darah dagingnya.

"Mungkin, kalau nyawa sudah tidak di badan lagi, baru saya berhenti untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat," katanya.

Untuk memberikan hasil yang lebih maksimal, Efendi Panjaitan sempat berpikirkan untuk terjun lebih dalam ke dunia politik dengan menjadi kepala daerah.

Namun pria menghabiskan masa muda di Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu tersebut mengaku belum mampu untuk menjadi eksekutif, terutama dalam aspek biaya politik.

Apalagi dengan fenomena masih kuatnya politik uang dan sebagian masyarakat yang lebih menilai pemberian materi dalam menentukan hak pilih dibandingkan komitmen untuk kemajuan.

"Niat menjadi eksekutif ada, tetapi tidak masuk akal dengan kondisi sekarang ini. Masa kita mau memperbaiki masyarakat tetapi harus 'membayar' masyarakat," katanya.

Dalam buku "Efendi Panjaitan, Perjuangan Tiada akhir", Rekror Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara Prof Dr Nur Ahmad Fadhil Lubis memuji Efendi Panjaitan sebagai aktivis yang memiliki keluasan pengalaman dan pemikiran yang kritis.

Mantan Ketua Persatuan Mahasiswa di Amerika Serikat (Permias) itu berharap, aktivis-aktivis muda nantinya dapat meniru sikap Efendi Panjaitan dalam dunia pergerakan yang tidak pernah luntur oleh ancaman dan godaan materi.

"Saya berharap agar muncul 'Pendi-pendi' junior dari generasi muda yang siap berjuang di kancah LSM melawan ketidakadilan dan kesewenangan," kata Prof Fadil. ***2***

Pewarta: Irwan Arfa

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015