Balige, Sumut, 4/5 (Antara) - Kelompok Tani Rapmahita Desa Pardomuan, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, mengeluhkan pemberian bibit ikan mas dari Dinas Pertanian Peternakan Perikanan setempat, karena dalam satu minggu semua ikan mati.
"Sebanyak 17.000 bibit ikan mas yang disalurkan Dinas Pertanian itu, tidak mampu hidup bertahan lama, karena dalam waktu satu minggu semuanya langsung mati dan mengapung," ungkap anggota Kelompok Tani Rapmahita, Patar Gurning di Ajibata, Sumatera Utara, Senin.
Ia menerangkan, tidak satu ekor pun bibit ikan mas yang tersisa dari 17.000 bibit bantuan yang diterima oleh kelompoknya, karena bibit yang disalurkan itu diduga masih terlalu muda.
Selain itu, faktor iklim juga kemungkinan bisa berpengaruh besar, karena bibit ikan tersebut didatangkan dari daerah Kerasaan, Kabupaten Simalungun, sehingga diperkirakan tidak mampu bertahan serta menyesuaikan kondisi iklim yang berbeda dari daerah asalnya.
Menurutnya, matinya bibit ikan kemungkinan besar akibat perbedaan iklim, karena sebulan sebelumnya mereka membeli bibit ikan dari Siantar sebanyak 1.200 ekor, sampai sekarang masih bertahan hidup.
"Di samping itu, bibit yang kami terima tergolong masih berukuran kecil, hanya sekitar tiga hingga empat sentimeter, sehingga diperkirakan tidak mampu bertahan untuk hidup lebih lama dalam kondisi iklim yang berbeda," jelas Patar.
Menanggapi penyaluran bibit ikan yang mati tersebut, anggota DPRD Tobasa, Pagartua Siahaan mengatakan, agar hal dimaksud menjadi pelajaran berharga bagi Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan setempat.
Menurutnya, kondisi seperti itu terjadi, mungkin akibat kurangnya penyuluhan dari dinas terkait tentang tata cara pengelolaan dan budidaya ikan mas sesuai anjuran dan rekomendasi dari dinas yang berkompeten.
Instansi terkait, kata dia, jangan asal menyalurkan bantuan. Dinas Pertanian yang lebih paham seharusnya memberikan bimbingan dan arahan bagaimana cara membudidayakan ikan kepada para kelompok tani.
Pagartua mengaku, hal serupa sering mereka temukan di lapangan. Bahkan, bukan kelompok tani Rapmahita saja yang mengalami kondisi yang sama, namun juga terjadi pada kelompok tani lainnya.
"Matinya bibit ikan, memang bisa saja akibat perubahan iklim, apalagi didatangkan dari luar daerah yang berbeda jauh iklimnya. Bibit ikan yang masih muda tidak bisa dengan cepat beradaptasi dengan iklim baru," katanya. ***4***
(KR-HIN)
(T.KR-HIN/B/Suparmono/Suparmono)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
"Sebanyak 17.000 bibit ikan mas yang disalurkan Dinas Pertanian itu, tidak mampu hidup bertahan lama, karena dalam waktu satu minggu semuanya langsung mati dan mengapung," ungkap anggota Kelompok Tani Rapmahita, Patar Gurning di Ajibata, Sumatera Utara, Senin.
Ia menerangkan, tidak satu ekor pun bibit ikan mas yang tersisa dari 17.000 bibit bantuan yang diterima oleh kelompoknya, karena bibit yang disalurkan itu diduga masih terlalu muda.
Selain itu, faktor iklim juga kemungkinan bisa berpengaruh besar, karena bibit ikan tersebut didatangkan dari daerah Kerasaan, Kabupaten Simalungun, sehingga diperkirakan tidak mampu bertahan serta menyesuaikan kondisi iklim yang berbeda dari daerah asalnya.
Menurutnya, matinya bibit ikan kemungkinan besar akibat perbedaan iklim, karena sebulan sebelumnya mereka membeli bibit ikan dari Siantar sebanyak 1.200 ekor, sampai sekarang masih bertahan hidup.
"Di samping itu, bibit yang kami terima tergolong masih berukuran kecil, hanya sekitar tiga hingga empat sentimeter, sehingga diperkirakan tidak mampu bertahan untuk hidup lebih lama dalam kondisi iklim yang berbeda," jelas Patar.
Menanggapi penyaluran bibit ikan yang mati tersebut, anggota DPRD Tobasa, Pagartua Siahaan mengatakan, agar hal dimaksud menjadi pelajaran berharga bagi Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan setempat.
Menurutnya, kondisi seperti itu terjadi, mungkin akibat kurangnya penyuluhan dari dinas terkait tentang tata cara pengelolaan dan budidaya ikan mas sesuai anjuran dan rekomendasi dari dinas yang berkompeten.
Instansi terkait, kata dia, jangan asal menyalurkan bantuan. Dinas Pertanian yang lebih paham seharusnya memberikan bimbingan dan arahan bagaimana cara membudidayakan ikan kepada para kelompok tani.
Pagartua mengaku, hal serupa sering mereka temukan di lapangan. Bahkan, bukan kelompok tani Rapmahita saja yang mengalami kondisi yang sama, namun juga terjadi pada kelompok tani lainnya.
"Matinya bibit ikan, memang bisa saja akibat perubahan iklim, apalagi didatangkan dari luar daerah yang berbeda jauh iklimnya. Bibit ikan yang masih muda tidak bisa dengan cepat beradaptasi dengan iklim baru," katanya. ***4***
(KR-HIN)
(T.KR-HIN/B/Suparmono/Suparmono)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015