Doloksanggul, Sumut, 9/4 (Antara) – Petani tanaman tomat di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) dalam dua bulan terakhir mengalami kerugian akibat anjloknya harga buah tersebut.
“Saat ini harga buah tomat di pasaran berkisar antara Rp 2000 hingga Rp 3000 per kilogram. Harga tersebut berada jauh di bawah harga biasanya. Dengan kondisi ini jelas membuat kami para petani tomat menelan kerugian besar karena besaran harga sudah tidak sebanding dengan biaya produksi dan operasional petani selama mengelola tanaman pertanian itu," ujar salah seorang petani, A Simanjuntak (45), Kamis, di Dolok Sanggul.
Menurutnya, kejadian anjloknya harga tomat itu sudah merupakan hal biasa yang tidak pernah memiliki solusi. Terlebih akibat pasokan melimpah dari seluruh sentra pertanian di kawasan Sumatera.
"Musim tanam lalu saya mengeluarkan modal untuk menanam tomat sekitar Rp10 juta, untuk tiga ribu batang tomat. Sementara jika produksi kami berkisar satu ton per panennya dengan harga rata-rata Rp 3000 per kilogram maka per panen kami hanya menerima sekitar Rp 3 juta dengan masa produksi sekitar dua bulan,” katanya.
Petani lainnya, Andy Siregar (32) mengaku jika tanaman tomatnya sempat akan diborong oleh seorang penampung. Namun setelah dinyatakan tingginya produksi dari beberapa daerah di luar Humbahas. Maka penawaran terhadap Tomat turun hingga Rp 2000 per kilogram dari sebelumnya Rp 5000 per kilogram.
“Itulah kenyataan yang kita hadapi. Untuk solusinya kita tidak memiliki alternatif lain. Sebab, kita tahu jika tomat hanya bisa diolah menjadi saus, dan prosesnya hingga pengemasan, tentunya kita mengalami kesulitan,” sebutnya.
Para petani itu berharap agar Pemerintah Kabupaten Humbahas segera memberikan solusi untuk mengatasi harga yang tidak pernah stabil tersebut.
Terpisah, Pengamat pertanian di Tapanuli, Lambas Hutasoit menanggapi persoalan yang dihadapi petani tomat menyebutkan bahwa over produksi memang selalu menjadi masalah yang sangat mempengaruhi kelanjutan hidup petani. Hal ini disebabkan minimnya penataan pertanian oleh pihak pemerintah. Karena itu petani yang harus lebih aktif mengakses informasi tentang pengelolaan pertanian.
"Kelemahan kita selama ini terletak pada minimnya penataan pertanian. Sebab anjloknya harga bukan karena minim permintaan tetapi karena produksi yang berlebihan. Dan ini yang menjadi masalah," tukasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
“Saat ini harga buah tomat di pasaran berkisar antara Rp 2000 hingga Rp 3000 per kilogram. Harga tersebut berada jauh di bawah harga biasanya. Dengan kondisi ini jelas membuat kami para petani tomat menelan kerugian besar karena besaran harga sudah tidak sebanding dengan biaya produksi dan operasional petani selama mengelola tanaman pertanian itu," ujar salah seorang petani, A Simanjuntak (45), Kamis, di Dolok Sanggul.
Menurutnya, kejadian anjloknya harga tomat itu sudah merupakan hal biasa yang tidak pernah memiliki solusi. Terlebih akibat pasokan melimpah dari seluruh sentra pertanian di kawasan Sumatera.
"Musim tanam lalu saya mengeluarkan modal untuk menanam tomat sekitar Rp10 juta, untuk tiga ribu batang tomat. Sementara jika produksi kami berkisar satu ton per panennya dengan harga rata-rata Rp 3000 per kilogram maka per panen kami hanya menerima sekitar Rp 3 juta dengan masa produksi sekitar dua bulan,” katanya.
Petani lainnya, Andy Siregar (32) mengaku jika tanaman tomatnya sempat akan diborong oleh seorang penampung. Namun setelah dinyatakan tingginya produksi dari beberapa daerah di luar Humbahas. Maka penawaran terhadap Tomat turun hingga Rp 2000 per kilogram dari sebelumnya Rp 5000 per kilogram.
“Itulah kenyataan yang kita hadapi. Untuk solusinya kita tidak memiliki alternatif lain. Sebab, kita tahu jika tomat hanya bisa diolah menjadi saus, dan prosesnya hingga pengemasan, tentunya kita mengalami kesulitan,” sebutnya.
Para petani itu berharap agar Pemerintah Kabupaten Humbahas segera memberikan solusi untuk mengatasi harga yang tidak pernah stabil tersebut.
Terpisah, Pengamat pertanian di Tapanuli, Lambas Hutasoit menanggapi persoalan yang dihadapi petani tomat menyebutkan bahwa over produksi memang selalu menjadi masalah yang sangat mempengaruhi kelanjutan hidup petani. Hal ini disebabkan minimnya penataan pertanian oleh pihak pemerintah. Karena itu petani yang harus lebih aktif mengakses informasi tentang pengelolaan pertanian.
"Kelemahan kita selama ini terletak pada minimnya penataan pertanian. Sebab anjloknya harga bukan karena minim permintaan tetapi karena produksi yang berlebihan. Dan ini yang menjadi masalah," tukasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015