Sidikalang, 15/12 (Antara Sumut) - Kabupaten Dairi yang terdiri dari kawasan dataran tinggi dan pegunungan Bukit Barisan dinilai sangat potensial untuk budidaya dan pengembangan tanaman kemenyan.

Keterangan yang dihimpun, Senin, usaha pertanian tanaman kemenyan sejak puluhan tahun silam, hingga sekarang ini masih banyak dilakukan oleh petani di Kabupaten Dairi.

Sentra produksi kemenyan di Kabupaten Dairi tersebar, antara lain di Desa Karing, Pasi, Sambaliang, Kecamatan Berampu serta Kelurahan Sidiangkat, Kecamatan Sidikalang.

"Hingga saat ini ada ratusan kepala keluarga di daerah pegunungan Sidiangkat hingga Berampu dan perbatasan Kabupaten Pakpak Bharat masih giat membudidayakan kemenyan," kata Samrin Lubis (49), warga Kelurahan Sidiangkat.

Menurut dia, hasil panen getah kemenyan tersebut cukup menopang ekonomi petani di wilayah tersebut, meski musim panen umumnya berlangsung selama dua kali dalam setahun.

Harga kemenyan di pasar Dairi saat ini berkisar antara Rp60.000 hingga Rp90.000 per kg.

Sementara itu, Komando Daerah Militer (Kodim) 0206 Dairi, sejak tahun 2013 lalu mulai mengembangkan pembibitan sejumlah jenis pohon termasuk kemenyan untuk ditanam dalam rangka mendukung program Toba Go Green.

"Saat ini sudah 130.000 bibit pohon ditanam di kawasan hutan lindung di Desa Sileu-leu, Kecamatan Sumbul dan kawasan Danau Toba pantai Silalahi, Kecamatan Silahisabungan," kata Dandim 0206 Dairi, Letkol Arh Racmady Barungsinang.

Diakuinya, dari sisi geografis, pohon kemenyan cocok dikembangkan di Dairi.

Sebagaimana diketahui, di Sumut hanya tujuh kabupaten yang memiliki tanaman kemenyan masing-masing di Tapanuli Utara, Tobasa, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Tapanuli Selatan, Dairi dan Tapanuli Tengah.

Tanaman kemenyan atau Sytrax benzoin memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

Selain untuk bahan dasar dupa, getah kemenyan juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar parfum, obat-obatan dan campuran keramik. (TNA)

Pewarta: T. Nico Adrian

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014