Lumbanjulu, Sumut, 10/8 (Antara) - Sejumlah aktivis pecinta lingkungan dari Bandung, Jawa Barat menabur ratusan bibit "kepah" di kolam objek wisata Taman Eden Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, agar jenis kerang-kerangan yang boleh dikonsumsi tersebut dapat berkembang biak.
"'Kepah' atau Siput gayam itu sengaja kami tabur, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, agar populasinya senantiasa terpelihara dan berkembang biak di daerah ini," kata seorang pecinta lingkungan asal Bandung, Yosie Fatimah di Lumbanjulu, Minggu.
Kegiatan tersebut, menurut dia, sebagai perwujudan kecintaan mereka terhadap ekosistem, dengan harapan hasil kepah yang ditaburkan dapat dinikmati para pengunjung taman agrowisata berjarak sekitar 240 kilometer dari Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara itu.
Komunitas pecinta lingkungan berasal dari Bandung yang melakukan penaburan kepah itu, di antaranya Jaladra Nolan, Agus Iskandar, Debbie Miranda, Dinda Febrima disertai beberapa warga masyarakat lokal yang memberikan perhatian terhadap kelestarian lingkungan di taman seluas 40 hektar milik keluarga Marandus Sirait tersebut.
Yosie menyebutkan, kepah yang termasuk salah satu jenis kerang yang hidup di dalam lumpur pada daerah estuaria dan sungai-sungai besar itu, mereka kumpulkan dari pinggiran danau Toba di sekitar pantai pasir putih Lumbanbinanga, Kecamatan Laguboti.
Ia menjelaskan, di perairan Tanjung Balai, Sumatera Uatara, kepah ini sangat mudah ditemukan, sehingga menjadi salah satu target perburuan nelayan saat air laut sedang surut. Kepah menjadi salah satu komoditas perikanan andalan dari daerah tersebut.
Dagingnya yang putih, lebih nampak bersih bila dibandingkan dengan kerang yang ada di pasaran seperti kerang darah, kerang bulu, dan kerang hijau. Sehingga, komoditas ini mampu menembus pasar ekspor, "Kami berharap, Kepah yang biasanya hidup di substrat lumpur atau berpasir yang kami taburkan ke dalam kolam di Taman Eden ini dapat berkembang dengan baik," kata Yosie.
Sementara itu, pengelola Taman Eden Lumbanjulu, Marandus Sirait mengapresiasi penaburan kepah di objek wisata alam yang dilakukan para pecinta lingkungan yang berasal dari Bandung tersebut.
Menurutnya, perhatian serupa juga perlu diberikan terhadap kelestarian lingkungan danau Toba, dengan penaburan berbagai benih ikan serta merumuskan langkah-langkah diperlukan untuk menyelamatkan Danau vulkanik terluas di Asia tersebut dari berbagai tindakan pencemaran lingkungan.
Saat ini, lanjut Marandus, kondisi sekitar objek wisata Danau Toba cukup memprihatinkan dan diperparah sejumlah perusahaan raksasa yang mengeksploitasi Danau tersebut dengan penanganan yang kurang bijak, sehingga berbagai langkah perlu dirumuskan dalam mencegah bertambahnya kerusakan.
"Saya ingin mengajak semua pihak untuk berperan dalam merestorasi Danau Toba. Sebab, Saya yakin, sebagaimana yang disampaikan sejumlah ilmuwan dunia, bahwa generasi muda dan para komunitas pecinta lingkungan punya andil sangat penting untuk menyelamatkan bumi," katanya. ***3*** (T.KR-HIN/B/Yuniardi/Yuniardi) 10-08-2014 11:02:34
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
"'Kepah' atau Siput gayam itu sengaja kami tabur, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, agar populasinya senantiasa terpelihara dan berkembang biak di daerah ini," kata seorang pecinta lingkungan asal Bandung, Yosie Fatimah di Lumbanjulu, Minggu.
Kegiatan tersebut, menurut dia, sebagai perwujudan kecintaan mereka terhadap ekosistem, dengan harapan hasil kepah yang ditaburkan dapat dinikmati para pengunjung taman agrowisata berjarak sekitar 240 kilometer dari Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara itu.
Komunitas pecinta lingkungan berasal dari Bandung yang melakukan penaburan kepah itu, di antaranya Jaladra Nolan, Agus Iskandar, Debbie Miranda, Dinda Febrima disertai beberapa warga masyarakat lokal yang memberikan perhatian terhadap kelestarian lingkungan di taman seluas 40 hektar milik keluarga Marandus Sirait tersebut.
Yosie menyebutkan, kepah yang termasuk salah satu jenis kerang yang hidup di dalam lumpur pada daerah estuaria dan sungai-sungai besar itu, mereka kumpulkan dari pinggiran danau Toba di sekitar pantai pasir putih Lumbanbinanga, Kecamatan Laguboti.
Ia menjelaskan, di perairan Tanjung Balai, Sumatera Uatara, kepah ini sangat mudah ditemukan, sehingga menjadi salah satu target perburuan nelayan saat air laut sedang surut. Kepah menjadi salah satu komoditas perikanan andalan dari daerah tersebut.
Dagingnya yang putih, lebih nampak bersih bila dibandingkan dengan kerang yang ada di pasaran seperti kerang darah, kerang bulu, dan kerang hijau. Sehingga, komoditas ini mampu menembus pasar ekspor, "Kami berharap, Kepah yang biasanya hidup di substrat lumpur atau berpasir yang kami taburkan ke dalam kolam di Taman Eden ini dapat berkembang dengan baik," kata Yosie.
Sementara itu, pengelola Taman Eden Lumbanjulu, Marandus Sirait mengapresiasi penaburan kepah di objek wisata alam yang dilakukan para pecinta lingkungan yang berasal dari Bandung tersebut.
Menurutnya, perhatian serupa juga perlu diberikan terhadap kelestarian lingkungan danau Toba, dengan penaburan berbagai benih ikan serta merumuskan langkah-langkah diperlukan untuk menyelamatkan Danau vulkanik terluas di Asia tersebut dari berbagai tindakan pencemaran lingkungan.
Saat ini, lanjut Marandus, kondisi sekitar objek wisata Danau Toba cukup memprihatinkan dan diperparah sejumlah perusahaan raksasa yang mengeksploitasi Danau tersebut dengan penanganan yang kurang bijak, sehingga berbagai langkah perlu dirumuskan dalam mencegah bertambahnya kerusakan.
"Saya ingin mengajak semua pihak untuk berperan dalam merestorasi Danau Toba. Sebab, Saya yakin, sebagaimana yang disampaikan sejumlah ilmuwan dunia, bahwa generasi muda dan para komunitas pecinta lingkungan punya andil sangat penting untuk menyelamatkan bumi," katanya. ***3*** (T.KR-HIN/B/Yuniardi/Yuniardi) 10-08-2014 11:02:34
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014