Medan, 26/11 (Antara) - Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) akan menggelar diskusi ilmiah tentang sawit dengan masyarakat dan mahasiswa Indonesia di Jerman menyusul terus berlangsungnya kampanye negatif sawit di negara itu dan negara lainnya di Eropa.

"Masyarakat termasuk mahasiswa di Jerman antusias ingin berdiskusi tentang sawit dengan alasan tudingan negatif sawit masih terus berlangsung di Eropa termasuk Jerman dan sebagai orang yang berasal dari Indonesia mereka ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam persawitan khususnya di Indonesia," kata Ketua Umum DMSI, Derom Bangun, di Medan, Selasa.

Menurut Derom yang menjadi pembicara dalam diskusi itu, diskusi ilmiah tersebut akan digelar dua kali yakni 27 November di Konsulat Jenderal RI di Frankfurt dan pada 30 November di Hamburg.

Mengutip pernyataan Konjen RI di Frankfurt Damos Agusman dan Konjen Ri di Hamburg Estella Anwarbey, Derom menyebutkan peminat yang mengikuti diskusi ilmiah sawit itu sudah cukup banyak seperti di Hamburg yang sudah di atas 50 orang.

"Saya memanfaatkan keingintahuan masyarakat Indonesia di Jerman itu dengan memaparkan semua perkembangan baru tentang sawit di Indonesia mulai dari upaya melakukan sawit berkesinambungan seperti yang diinginkan pembeli dan peran besar sawit Indonesia bagi perekonomian bangsa dan termasuk di pasar internasional," katanya.

Dengan memaparkan semuanya secara jelas dan fakta, diharapkan masyarakat Indonesia di luar negeri juga bisa menjadi juru kampanye positif sawit khususnya yang berasal dari Indonesia dan termasuk bangga berasal dari negara Indonesia yang menghasilkan tanaman yang berperan besar di pasar internasional.

Derom memberi contoh besarnya peran Indonesia dalam persawitan dunia yakni dengan terjadinya kenaikan harga minyak sawit mentah atau CPO dewasa ini yang diduga kuat akibat rendahnya produksi sawit nasional tahun 2013 dan termasuk kebijakan Pemerintah yang akan meningkatkan penggunaan biodiesel menjadi 10 persen.

Produksi CPO yang diperkirakan sekitar 26,2 juta tahun ini misalnya juga berada di atas produksi Malaysia yang cenderung stagnan di sekitar 19 jutaan ton.***4*** (T.E016/B/I. Sulistyo/I. Sulistyo) 26-11-2013 20:15:56

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013