Oleh : Ferry Anggriawan dan Kartika Panggabean
        Tanjung Pura, Langkat. (Antara Sumut).- Museum Daerah Kabupaten Langkat atau yang lebih dikenal dengan Museum Amir Hamzah terkesan kurang mendapat perhatian. Hal itu bisa dilihat dari kondisi gedung dan berbagai barang koleksi museum yang tak terawat.

Menurut pantauan langsung (20/11) gedung museum tampak lama tidak tersentuh cat. Beberapa bagian dinding terlihat kusam, bahkan ditumbuhi lumut. Lantai gedung terkesan jarang dipel, bahkan ada sejumlah tegel penutup lantai yang sudah pecah. Asbes  juga kelihatan rapuh karena termakan usia.

Museum yang berisi sejumlah peninggalan sejarah Kesultanan Langkat itu  rawan tindak kejahatan pencurian. Soalnya tidak ada petugas keamanan menjaga benda-benda bersejarah yang terdapat di dalam gedung.

Sejak diresmikan Tahun 2000 sebagai Museum Daerah, bisa dikatakan perhatian pemerintah terasa kurang. Tidak heran jika keberadaan museum tidak mengalami perkembangan, bahkan kian memprihatinkan.

Gedung museum ini sebenarnya peninggalan kesultanan Langkat II, Sultan Tengku Abdul Aziz yang kemudian mengahli fungsikan gedung ini menjadi kantor untuk rapat dan pengadilan pada tahun 1904. Namun pada tahun 1943 Jepang mengebom dan menghancurkan gedung ini, sehingga gedung ini terbengkalai hingga tahun 1970.

Pada tahun 1972 terjadi banjir yang menenggelamkan Kecamatan Tanjung Pura sehingga gedung ini diperbaiki dan dipergunakan sementara sebagai Puskesmas. Tahun 1975 gedung ini dialihfungsikan sebagai kantor camat Tanjung Pura. Tahun 1977 gedung ini dipergunakan sebagai sanggar seni. Hingga akhirnya pada tahun 2000 pemerintah Kabupaten Langkat meresmikan gedung ini sebagai Museum Daerah atau yang biasa disebut dengan Museum Amir Hamzah.

Untuk masuk ke dalam museum ini, pengelola gedung mengenakan biaya kepada pengunjung sebesar Rp.3000 per orang. Jumlah pengunjung yang datang setiap hari sebanyak 1-3 orang. Mayoritas pengunjung yang datang ke museum ini berasal dari kalangan mahasiswa.

Di Museum ini kita dapat melihat peningalan-peninggalan sejarah dari kesultanan Langkat. Seperti ; Silsilah keturunan kesultanan Langkat, miniatur istana Darulsalam dan Singgasana kesultanan Langkat I, Sultan Musa. Kemudian kita juga dapat melihat peninggalan-peninggalan sejarah dari Tengku Amir Hamzah. Serta foto-foto Bupati Langkat, kepala DPRD Kab.Langkat, dan Tuan Guru Besilam.

Hal itu juga yang diungkapkan oleh M. Sis (50) Staf kantor kebudayaan dan pariwisata Kab.Langkat, yang juga pengelola Museum Amir Hamzah tersebut. Pada 20 Nopember 2013.

“Dengan harga sedemikian murah, kita dapat mengetahui peningalan-peninggalan sejarah kesultanan Langkat serta biografi sastrawan Pujangga Baru. Di dalam museum ini kita dapat melihat silsilah keturunan kesultanan Langkat, miniatur istana kesultanan Langkat, singgasan raja kesultanan Langkat I, biografi Tengku Amir Hamzah dan foto-foto kesultanan Langkat, Bupati Langkat, kepala DPRD Kab.Langkat, serta foto Tuan Guru Besilam.”

Pihak pengelola museum membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah untuk memperbaiki dan merenovasi gedung, serta memberikan dana untuk memperbanyak pengadaan benda-benda bersejarah lainnya. Untuk menarik perhatian pengunjung, sehingga lebih banyak lagi pengunjung yang datang ke museum ini. Dahulu pihak pengelola sudah pernah mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk merenovasi museum tersebut, tapi hingga sekarang belum juga terealisasi.

Sementara itu, Leni (17) seorang pedagang di depan Museum Amir Hamzah mengungkapkan, “Saya warga di Kecamatan Tanjung Pura ini, dan saya sudah lama berdagang di depan museum ini, tapi saya tidak pernah sekalipun masuk ke dalam museum ini. Karena saya malas masuk ke museum ini, sebab kondisi museum ini sangat memprihatinkan. Cat gedung museum ini sudah luntur dan berlumut, rumput-rumput di sekitar halaman museum juga sudah semak seperti hutan belantara. Dengan keadaan yang demikian, pengunjung tidak akan tertarik mengunjungi museum ini.”

Memperbanyak pengadaan benda-benda bersejarah juga tak kalah penting dibandingkan dengan memperbaiki kondisi gedung museum tersebut, karena agar generasi mendatang dapat mengetahui sejarah daerahnya. Hal itu diakui oleh M. Sis, “Pelestarian sejarah daerah mesti dilakukan agar generasi mendatang lebih mengetahui sejarah daerahnya, dan bukan hanya daerah luar yang diketahuinya. Serta dimohonkan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan museum, jangan sampai kita kehilangan jati diri sehingga kisah sejarah kita sendiri pun kita tidak tahu.”

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013