Jakarta, 26/8 (Antara) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia meluncurkan dan menyerahkan mobil sedan dan bus listrik Hevina (Hybrid Electric Vehicle Indonesia) kepada Menteri Riset dan Teknologi Gusti Mohammad Hatta.
"Ini pengembangan ketiga dari Hevina namun berbeda dengan sebelumnya," kata ketua tim penelitian mobil listrik Hevina, Abdul Hapid, di Puspiptek Tangerang Selatan, Senin.
Abdul yang merupakan peneliti dari Pusat Penelitian Listrik dan Mekatronika LIPI menjelaskan bahwa fitur yang dikembangkan untuk mobil listrik tahap tiga kali ini lebih disesuaikan dengan konsep, pemakai, dan fungsi serta jabatan pemakainya.
Jarak tempuh terjauh yang bisa dijangkau oleh bus listrik mencapai 150 km sementara untuk sedan listrik mencapai 130 km.
Abdul menjelaskan bahwa mobil listrik sesungguhnya dapat digunakan untuk berkendara jarak jauh. Hanya saja semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan memakan biaya yang lebih mahal.
Menurut dia hal itu disebabkan oleh sisi investasi mobil yang sangat tergantung dengan baterai.
Pembuatan mobil listrik ini memakan waktu sekitar enam bulan dan berkolaborasi dengan beberapa pihak yang memberikan kontribusi berupa detil mobil listrik tersebut.
"Pembuatannya melibatkan sekian tim dan ada beberapa rekan dari luar yang berpartisipasi. Intinya bentuk, desain semua dari kita," jelas Abdul.
Lebih lanjut Abdul mengungkapkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi purwa rupa (prototipe) bus listrik ini mencapai Rp 1,8 miliar. Sementara untuk sedan listrik memakan biaya Rp 500 juta.
"Dimana-mana problem mobil listrik itu memang mahal, tapi semua
kelemahan yang ada di mobil konvensional ada di mobil listrik," jelas Abdul.
Menurut dia hal itu disebabkan karena produksi mobil listrik masih sangat terbatas dibandingkan dengan produksi mobil konvensional.
"Tapi seandainya mobil listrik diproduksi dengan
kapasitas produksi yang sama dengan mobil konvensional, maka pasti
bisa bekompetisi," tambah dia.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi Gusti Mohammad Hatta mengemukakan kepuasanya usai mencoba mengendarai sedan Hevina di pelataran Graha WIdya Bhakti DRN di Puspiptek Tangerang Selatan, Senin.
"Mantap ini, saya kasih dua jempol untuk sedan listrik ini. Pokoknya mantap," ujar Gusti usai mencoba mengendarai sedan Hevina di pelataran Graha Widya Bhakti DRN
Usai mencoba mobil listrik tersebut Gusti menyatakan bahwa dia ingin menjadikan sedan Hevina sebagai mobil operasionalnya.
Gusti juga mengemukakan bahwa pada 2016 Indonesia bisa mulai mencoba memproduksi mobil listrik Hevina secara massal dan tentu diproduksi di dalam negeri.
***4***
(T.M048/B/M.M. Astro/M.M. Astro)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
"Ini pengembangan ketiga dari Hevina namun berbeda dengan sebelumnya," kata ketua tim penelitian mobil listrik Hevina, Abdul Hapid, di Puspiptek Tangerang Selatan, Senin.
Abdul yang merupakan peneliti dari Pusat Penelitian Listrik dan Mekatronika LIPI menjelaskan bahwa fitur yang dikembangkan untuk mobil listrik tahap tiga kali ini lebih disesuaikan dengan konsep, pemakai, dan fungsi serta jabatan pemakainya.
Jarak tempuh terjauh yang bisa dijangkau oleh bus listrik mencapai 150 km sementara untuk sedan listrik mencapai 130 km.
Abdul menjelaskan bahwa mobil listrik sesungguhnya dapat digunakan untuk berkendara jarak jauh. Hanya saja semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan memakan biaya yang lebih mahal.
Menurut dia hal itu disebabkan oleh sisi investasi mobil yang sangat tergantung dengan baterai.
Pembuatan mobil listrik ini memakan waktu sekitar enam bulan dan berkolaborasi dengan beberapa pihak yang memberikan kontribusi berupa detil mobil listrik tersebut.
"Pembuatannya melibatkan sekian tim dan ada beberapa rekan dari luar yang berpartisipasi. Intinya bentuk, desain semua dari kita," jelas Abdul.
Lebih lanjut Abdul mengungkapkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi purwa rupa (prototipe) bus listrik ini mencapai Rp 1,8 miliar. Sementara untuk sedan listrik memakan biaya Rp 500 juta.
"Dimana-mana problem mobil listrik itu memang mahal, tapi semua
kelemahan yang ada di mobil konvensional ada di mobil listrik," jelas Abdul.
Menurut dia hal itu disebabkan karena produksi mobil listrik masih sangat terbatas dibandingkan dengan produksi mobil konvensional.
"Tapi seandainya mobil listrik diproduksi dengan
kapasitas produksi yang sama dengan mobil konvensional, maka pasti
bisa bekompetisi," tambah dia.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi Gusti Mohammad Hatta mengemukakan kepuasanya usai mencoba mengendarai sedan Hevina di pelataran Graha WIdya Bhakti DRN di Puspiptek Tangerang Selatan, Senin.
"Mantap ini, saya kasih dua jempol untuk sedan listrik ini. Pokoknya mantap," ujar Gusti usai mencoba mengendarai sedan Hevina di pelataran Graha Widya Bhakti DRN
Usai mencoba mobil listrik tersebut Gusti menyatakan bahwa dia ingin menjadikan sedan Hevina sebagai mobil operasionalnya.
Gusti juga mengemukakan bahwa pada 2016 Indonesia bisa mulai mencoba memproduksi mobil listrik Hevina secara massal dan tentu diproduksi di dalam negeri.
***4***
(T.M048/B/M.M. Astro/M.M. Astro)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013