Menurut dia, keputusan yang diambil Presiden saat itu akan membuat Indonesia berpotensi kehilangan penerimaan ekspor bijih nikel sebesar 1,5 miliar dolar AS. Namun di sisi lain, larangan ekspor nikel itu membuat RI dihormati, disegani dan nilai ekspor meningkat.
"Karena saya ingat Pak Presiden di depan pintu masuk Istana, Bapak confirm untuk kita mem-banned ekspor nikel ore, dan itu merupakan tantangan, kita (akan) kehilangan 1,5 miliar dolar AS waktu itu. satu miliar koma sekian (dolar AS). Tapi sekarang buahnya kita lihat Pak, kita disegani kita dihormati, dan teknologi kita bertambah bagus, dan ekspor kita akan meningkat," tuturnya.
Dia meyakini dalam kurun waktu tidak lama ekspor turunan hilirisasi akan meningkat sangat signifikan. Bahkan Indonesia tidak akan dianggap enteng ataupun diatur oleh negara lain.
"Tetapi Bapak Presiden dengan keputusan Bapak waktu itu (menghentikan ekspor nikel ore), tahun lalu ekspor kita sudah hampir lebih dari 34 miliar dolar AS. Jadi angka yang sangat besar," ujar Luhut.
Oleh karena itu, ia mengajak semua menteri selaku pembantu Presiden untuk terus mengawal semua peraturan yang telah dijalankan Presiden Jokowi, serta menjaga kredibilitas yang telah dibangun selama 10 tahun.
"Kita harus menjaga kredibilitas Bapak Presiden yang sudah dibangun selama 10 tahun, kita semua tentunya harus bahu-membahu melakukan ini, dan saling mengingatkan untuk kita tidak mengkhianati ketentuan atau kredibilitas yang sudah dibangun oleh Bapak Presiden," ujarnya.
Luhut menyakini bahwa apa yang telah diletakkan Jokowi akan menjadi landasan bagi mereka semua.
"Saya rasa hormat sama Bapak karena Bapak telah memimpin kami, paling tidak dari saya sendiri selama 10 tahun, berada di bawah Bapak dan masih ada dua, tiga bulan ke depan (menjabat), tapi saya yakin bahwa apa yang sudah Bapak letakkan ini akan menjadi landasan buat kita semua," kata Luhut.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Luhut: Presiden Jokowi jadikan Indonesia negara industri hilirisasi