Masyarakat Indonesia banyak yang menyukai makanan bercita rasa asin dan gurih, namun mengonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung garam dapat mengakibatkan masalah kesehatan mulai dari obesitas hingga stroke.
Pakar diet dan gizi klinik dr Johanes Chandrawinata Sp.Gk, MND mengatakan untuk menjaga pola hidup sehat, pembatasan asupan garam sama pentingnya dengan mengonsumsi buah dan sayur.
Menurut dr Jo, sapaan akrab Johanes Chandrawinata, penurunan asupan garam dapat dicapai tanpa harus mengorbankan cita rasa makanan dengan penambahan MSG secukupnya.
Baca juga: Benarkah menangis pengaruhi kesehatan kulit?
"Menurunkan asupan garam dalam konsumsi sehari-hari bisa dilakukan dengan memilih pangan berbumbu rendah garam atau bahkan tanpa sodium. Hindari makanan olahan yang sangat tinggi kadar garam seperti daging asap, kornet dan lain-lain. Fokus pada makanan segar," kata dr Jo dalam webinar pada Selasa (15/2).
Dr Jo mengatakan monosodium glutamate, MSG, bisa menjadi pilihan alternatif garam sebagai bumbu masak.
Baca juga: Dinkes Medan gencarkan vaksinasi penguat antisipasi penularan Omicron
Banyak penelitian menunjukkan bahwa penggunaan MSG bisa menjadi strategi diet rendah garam. Sebab, kandungan natrium dalam MSG hanya sepertiga dari kandungan natrium pada garam dapur biasa, kata dia.
Dr Jo menyarankan takaran bumbu umami seperti dalam MSG, sebagai pengganti garam adalah sebanyak 0,2 hingga 0,8 persen dari volume makanan.
Dr Jo menyarankan takaran bumbu umami seperti dalam MSG, sebagai pengganti garam adalah sebanyak 0,2 hingga 0,8 persen dari volume makanan.
"Misalnya untuk satu liter sup, tambahkan sekira 1,5 sendok teh saja."
Selain itu, penambahan bumbu aromatik seperti bawang putih dan jahe bisa menjadi alternatif penggunaan garam.
"Batasi juga asupan kerupuk karena tanpa disadari kerupuk itu banyak kandungan garam."
Diet rendah garam disebut dr Jo mampu menurunkan tekanan darah.
Diet rendah garam disebut dr Jo mampu menurunkan tekanan darah.
"Penurunan konsumsi garam sebanyak 15 persen bisa mencegah sampai 8,5 juta kematian di 23 negara dengan beban hipertensi dalam 10 tahun."
Sementara itu, dalam rangka turut menyehatkan bangsa, Ajinomoto Indonesia merilis kampanye Bijak Garam, Smart Salt.
"Ajinomoto percaya bahwa makanan sehat juga harus lezat. Oleh karena itu, di acara ini Ajinomoto juga memperkenalkan program Bijak Garam. Program ini merupakan solusi cermat mengurangi penggunaan garam dalam setiap masakan dengan mempertahankan cita rasa yang tetap seimbang," kata Grant Senjaya, Head of Public Relation Department PT Ajinomoto Indonesia.
Pentingnya bijak dalam mengatur asupan garam digaungkan oleh Ajinomoto melalui beberapa inisiatif, seperti menggelar beberapa acara edukatif berupa webinar kesehatan mengenai pentingnya diet garam untuk masyarakat umum dengan mengundang pakar di bidang kesehatan dan gizi, edukasi melalui media massa serta penyediaan informasi mengenai kegiatan bijak garam di laman Dapur Umami.