Kuwait akan bangun kembali silo Lebanon yang hancur akibat ledakan masif
Senin, 24 Agustus 2020 7:37 WIB 869
Beirut (ANTARA) - Kuwait menyatakan akan membangun kembali fasilitas gudang penyimpanan padi-padian, atau silo, terbesar yang dimiliki Lebanon setelah hancur akibat ledakan masif di pelabuhan Beirut--yang mengancam persediaan pangan negara itu.
Hancurnya fasilitas berkapasitas 120.000 ton yang menjadi titik masuk utama pangan impor tersebut membuat para pengimpor harus mengandalkan gudang milik swasta yang lebih kecil untuk menyimpan gandum mereka.
Duta Besar Kuwait untuk Lebanon Abdulaal al-Qenaie mengatakan kepada radio lokal, VdL, pada Minggu bahwa silo yang hancur itu dibangun pertama kali pada 1969 dengan pinjaman pembangunan dari Kuwait.
Dan sekarang Kuwait akan membangun kembali silo tersebut sehingga itu menjadi simbol tentang "bagaimana menjaga hubungan antara dua negara bersaudara yang menghormati satu sama lain," kata Qenaie.
Ledakan besar di pelabuhan Beirut terjadi pada 4 Agustus petang waktu setempat, dan menewaskan sedikitnya 180 orang, melukai ribuan orang lainnya, serta meluluhlantakkan ibu kota Lebanon tersebut, sehingga mendorong mundurnya pejabat pemerintahan.
Menteri Ekonomi Lebanon Raoul Nehme menjamin kepada publik bahwa tidak akan terjadi krisis tepung atau roti di negara itu, yang kebanyakan gandum, sebagai bahan baku, diimpor dari luar negeri.
Rencana untuk membangun silo lainnya di pelabuhan terbesar kedua Lebanon di Tripoli tertunda sejak beberapa tahun lalu karena kekurangan pembiayaan, menurut pejabat Perserikatan Bangsa-bangsa, pejabat pelabuhan, dan pakar gandum regional setelah terjadi ledakan.
Bantuan kemanusiaan telah diturunkan ke Lebanon, namun penyumbang asing harus memastikan bahwa mereka tidak mendanai negara tanpa adanya reformasi untuk melawan korupsi yang sudah mengakar dan juga kelalaian.
Sumber: Reuters
Hancurnya fasilitas berkapasitas 120.000 ton yang menjadi titik masuk utama pangan impor tersebut membuat para pengimpor harus mengandalkan gudang milik swasta yang lebih kecil untuk menyimpan gandum mereka.
Duta Besar Kuwait untuk Lebanon Abdulaal al-Qenaie mengatakan kepada radio lokal, VdL, pada Minggu bahwa silo yang hancur itu dibangun pertama kali pada 1969 dengan pinjaman pembangunan dari Kuwait.
Dan sekarang Kuwait akan membangun kembali silo tersebut sehingga itu menjadi simbol tentang "bagaimana menjaga hubungan antara dua negara bersaudara yang menghormati satu sama lain," kata Qenaie.
Ledakan besar di pelabuhan Beirut terjadi pada 4 Agustus petang waktu setempat, dan menewaskan sedikitnya 180 orang, melukai ribuan orang lainnya, serta meluluhlantakkan ibu kota Lebanon tersebut, sehingga mendorong mundurnya pejabat pemerintahan.
Menteri Ekonomi Lebanon Raoul Nehme menjamin kepada publik bahwa tidak akan terjadi krisis tepung atau roti di negara itu, yang kebanyakan gandum, sebagai bahan baku, diimpor dari luar negeri.
Rencana untuk membangun silo lainnya di pelabuhan terbesar kedua Lebanon di Tripoli tertunda sejak beberapa tahun lalu karena kekurangan pembiayaan, menurut pejabat Perserikatan Bangsa-bangsa, pejabat pelabuhan, dan pakar gandum regional setelah terjadi ledakan.
Bantuan kemanusiaan telah diturunkan ke Lebanon, namun penyumbang asing harus memastikan bahwa mereka tidak mendanai negara tanpa adanya reformasi untuk melawan korupsi yang sudah mengakar dan juga kelalaian.
Sumber: Reuters