Rio De Janeiro, Brasil (ANTARA) - Bukan soal kartu merah. Ini menyangkut apa yang diomongkan dan dilakukan Lionel Messi setelah Argentina menang melawan Chile untuk memastikan tempat ketiga Copa America.
"Kami tak boleh menjadi bagian korupsi ini (dan) kekuranghormatan mereka kepada kami sepanjang turnamen ini," kata Messi ketika menolak menghadiri seremoni penyerahan medali setelah pertandingan itu. "Menyedihkan, korupsi, wasit, semuanya telah membuat orang-orang tak bisa menikmati sepak bola."
"Saya kira piala ini (Copa America 2019) sudah ditetapkan untuk Brasil," sambung dia. "Saya harap VAR dan wasit tak ada kaitannya dengan final sehingga Peru bisa menang karena mereka punya tim untuk melakukannya, walaupun saya kira itu sulit."
Itu semua kata-kata berat yang menyembur bagaikan batu-batu besar menghajar CONMEBOL, sebuah tuduhan tak main-main yang lebih dari sekadar ungkapan frustrasi Messi menyangkut kartu merahnya setelah bertengkar dengan Gary Medel yang memang terlihat ganas. Ini juga bukan soal apa yang Messi umpatkan setelah diusir ke luar lapangan.
Lewat sekitar satu setengah jam kemudian dia menuduh penyelenggara "telah mengatur" hasil turnamen dan mengecam mereka dengan kata berawalan "k", korupsi.
Messi sepertinya bakal dikenai sanksi larangan satu kali bermain karena mendapatkan kartu merah, yang artinya dia absen pada pertandingan mendatang Argentina dalam Copa America 2020 (dengan asumsi dia masih mau turun membela negaranya), dan bisa dikenai sanksi yang jauh lebih berat akibat komentarnya itu.
Kalaupun ada sisi baik untuk semua ini, maka itu adalah pernyataan Messi menegaskan bahwa kepedulian dia kepada Argentina tidak sebesar kepedulian dia kepada Barcelona.
Tentu saja, dia tak cuma menunjuk apa yang terjadi Sabtu itu di Sao Paulo. Seperti banyak orang lainnya, dia marah melihat fakta VAR tak digunakan dalam dua insiden berpotensi penalti (satu ketika Arthur menyikut Nicolas Otamendi dan satunya lagi ketika Dani Alves menjatuhkan Sergio Aguero) pada semifinal melawan Brail di mana Argentina kalah 0-2.
Asosiasi sepak bola Argentina menulis dua surat keluhan kepada CONMEBOL, yang salah satunya meminta rekaman suara percakapan antara wasit asal Ekuador Roddy Zambrano, dengan ketua ofisial VAR Leodan Gonzalez dari Uruguay, dibagikan ke Argentina.
Di bagian ini, CONMEBOL tak mau menolong dirinya sendiri, karena mereka tidak segera merilis audio atau bahkan membriefing media mengenai apa yang sebenarnya telah terjadi.
Ada tiga kemungkinan penjelasan untuk itu, yang kesemuanya malah menguatkan teori konspirasi.
Salah satunya adalah VAR sudah mengingatkan Zambrano mengenai kedua insiden berpotensi penalti itu dan meminta sang wasit untuk me-review di lapangan, tetapi Zambrano menolaknya dengan memerintahkan pertandingan jalan terus.
Yang kedua VAR telah memberi tahu Zambrano bahwa insting wasit ini sudah benar; bahwa memang tidak ada pelanggaran, dan pertandingan harus diteruskan. Yang ketiga, komunikasi VAR mungkin tidak berfungsi sama sekali.
Untuk skenario pertama, Zambrano jelas yang harus dipersalahkan. Pada skenario kedua, yang salah adalah VAR. Pada skenario ketiga, CONMEBOL seharusnya dengan mudah dapat menjelaskan masalah ini. Dengan tak melakukan apa-apa, CONMEBOL justru telah menyiram api dengan minyak, sehingga membuat teori konspirasi semakin liar.
Apa yang bisa disimpulkan dari sini? CONMEBOL menghadapi salah seorang pemain terbaik sepanjang masa dan tak diragukan lagi pemain terbaik pada Copa America ini, yang menuding mereka korupsi.
Pelik bukan? Di atas itu semua, pada dasarnya mereka sekarang harus menindak Messi karena jika tidak, maka akan menjadi preseden membahayakan: Semua orang bebas menuduh yang lain korup tanpa takut terkena sanksi.
(Bukan dengan pernyataan seolah mereka bilang begini, "Tahu tidak Leo? Kamu benar. Kami memang mengatur turnamen ini untuk Brasil. Maaf! Tapi kabar baiknya adalah kami tak akan menghukum kamu...")
Memberi dia hukuman lebih berat lagi artinya dia akan absen pada beberapa pertandingan fase grup Copa America mendatang, dengan asumsi emosi Messi sudah cukup reda sehingga bersedia main, yang malah makin merugikan turnamen itu tahun depan.
Wasit kadang salah. Seandainya Zambrano atau VAR melakukan kesalahan, biarkan mereka mengakuinya dan lalu lupakan. Teknologi gagal. Jika itu yang terjadi atau jika ada orang yang tak sengaja mencabut steker atau jika --ini teori lebih liar lagi-- tim keamanan Presiden Brasil Jair Bolsonaro tak sengaja (atau mungkin sengaja?) mengacak komunikasi VAR, maka sampaikan saja apa adanya. Bahwa ini soal alat.
Alih-alih melakukan itu semua, CONMEBOL justru membiarkan tuduhan Messi mengapung tanpa jawaban dan awan beracun pun melayang melingkupi turnamen itu. Semestinya akhir ceritanya tidak seperti ini.
Sumber: ESPN
Tudingan Messi jadi konspirasi liar karena CONMEBOL diam
Senin, 8 Juli 2019 21:52 WIB 977