Medan, (Antaranews Sumut) - Penggunaan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan menjelang tahun politik tidak lain merupakan sebuah upaya dari sekelompok oknum yang memiliki kepentingan tertentu.
"Mereka akan mencoba membuat lawan menjadi buruk bagi suatu kelompok masyarakat, sehingga mendapat keuntungan tanpa memikirkan keadaan situasi dan kondisi di masyarakat nantinya," kata Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (USU) Wara Sinuhaji, M.Hum, pada Diskusi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tahun 2018, di Kampus USU Medan, Kamis.
Menurut dia, masyarakat Indonesia harus mulai paham bahwa sebenarnya isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) akhir-akhir ini sebenarnya dimanfaatkan oleh sekelompok oknum politik untuk mencapai tujuan mereka.
"Peran media atau pers juga penting sebagai sarana untuk menyebarkan berita yang terkait tentang itu, sehingga masyarakat tidak begitu mudah terpengaruh dalam penggiringan opini yang berkaitan dengan suatu penyebaran informasi atau pemberitaan," ujar Sinuhaji.
Ia menyebutkan, Pers juga merupakan sebuah alat untuk mengontrol demokrasi. Keseimbangan kekuasaan dapat terjadi apabila kontrol dilakukan berdasarkan porsinya masing-masing.
Baca juga: RS pendidikan USU capai akreditasi paripurna
Peran pers sebagai media menyampaikan kritik dan alat kontrol pemerintah diperlukan dalam eksistensi negara.
"Hal ini dilakukan agar tidak terjadi `abuse of power` pemerintah yang berkuasa. Akan tetapi keberadaan Pers juga tidak terlepas dari berbagai kepentingan penguasa," ucapnya.
Sinuhaji mengatakan, fungsi Pers sebagai alat kontrol terkadang tidak berjalan apabila terjadi "main mata" antara pers dengan pemerintah atau penguasa.
Baca juga: Rektor: 52 program studi usu berakreditasi A
Keberadaan Pers sebagai alat kepentingan juga dapat dianalisis dalam perspektif historis. Pada masa kolonial misalnya, Pers dipergunakan sebagai alat, baik bagi pemerintah kolonial mau pun pejuang pergerakan Indonesia.
Pada masa setelah kemerdekaan, Pers juga membawa kepentingan politik partai yang berjuang untuk mencari simpati masyarakat.
"Bahkan, orientasi Pers sekarang telah menuju pada tujuan bisnis, yakni memperoleh keuntungan untuk mencapai tujuan politiknya semata," kata Dosen Fakultas Ilmu Budaya USU itu.