Karo, Sumut, 23/8 (Antara) - Sejumlah petani jeruk di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara mengaku kebingungan untuk melanjutkan penanaman jeruk karena selalu merugi akibat erupsi Gunung Sinabung.
Salah seorang petani jeruk Eikel beru Surbakti di Desa Kacinambun, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Rabu, mengatakan Gunung Sinabung semakin sering bererupsi belakangan ini.
Dalam erupsi tersebut, Gunung Sinabung selalu mengeluarkan abu vulkanik dalam jumlah banyak dan menghinggapi tanaman jeruk warga.
Keberadaan abu vulkanik tersebut menyebabkan buah jeruk mengerut dan batang pohonnya rontok atau mudah patah.
Keberadaan batang yang rapuh tersebut menyebabkan buah jeruk yang ditanam sulit membesar karena susah menerima zat untuk pembesaran buah.
"Banyak sekali tanaman yang mati, makanya kami tidak mau urus lagi," katanya.
Jika memang tanamannya tidak mati, buah jeruk yang tumbuh umumnya kecil sehingga nilai jualnya menjadi rendah.
Jika tidak ada erupsi, biasanya jeruk dijual sekitar Rp8.000 per kg. "Sekarang sekitar Rp4.000 hingga Rp5.000," katanya.
Jika tanaman jeruknya tidak tumbuh maksimal, petani jeruk di Karo sering membiarkan buah tersebut di kebun hingga membusuk karena proses panen dan penjualannya tidak menguntungkan.
"Kalau dipanen juga, tidak sesuai lagi biaya pengeluaran dengan hasilnya," ujar Eikel beru Surbakti.
Petani jeruk lainnya juga mengaku sering merugi akibat erupsi Gunung Sinabung karena hampir 75 persen tanamannya rusak.
Karena itu, para petani jeruk di Karo selalu mengalami kebingungan untuk meneruskan atau menghentikan proses penanaman jeruk. ***3***
(T.I023/B/Y008/Y008) 23-08-2017 12:40:45
Petani Jeruk Sering Merugi Akibat Erupsi
Rabu, 23 Agustus 2017 12:40 WIB 3794