Medan, 1/10 (Antara)-AsianAgri membawa petani sawit binaannya di, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara melakukan studi banding ke kelompok petani di Riau yang sudah terbukti sukses.
"Tujuan studi banding ke petani swadaya binaan Asian Agri di Riau adalah untuk semakin memajukan petani di Sumut," kata Koordinator CSR AsianAgri, Fajar Suryono di Medan, Kamis.
Petani Sumut, katanya, diharapkan bisa belajar lebih banyak kepada petani swadaya di Kabupaten Pelalawa, Riau yakni Assosiasi Petani Sawit Amanah yang sudah maju/sukses dalam mengelola kebun sawitnya.
Jumlah petani Sumut yang dibawa studi banding pada 28-30 4eptember sebanyak 21 orang yang berasal dari 9 kelompok tani swadaya.
Dia menjelaskan, Asosiasi Petani Sawit Swadaya Amanah adalah petani swadaya pertama di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikat RSPO.
Selain itu asosiasi itu juga sudah beberapa kali mendapatkan penghargaan seperti sebagai Kelompok Tani terbaik di Tahun 2013 dan mendapatkan CSR Award Tahun 2014,
Fajar Suryono menjelaskann Asian Agri sudah melakukan pembinaan petani swadaya sejak tahun 2011.
Hingga tahun 2015, jumlah petani swadaya yang sudah dibina Asian Agri sudah mencapai 5.075 kepala keluarga dengan luasan areal 17.095 hektare yang tersebar di Sumut, Riau dan Jambi.
Menurut Fajar, pembinaan terhadap petani swadaya sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan produksi kebun masyarakat yang akhirnya menguntungkan masyarakat.
"Progran studi banding kelompok tani Sumut ke Riau bertujuan agar petani Sumut bisa semakin maju mengikuti keberhasilan Amanah Riau," katanya.
Kemungkinan Sumut bisa lebih maju sangat besar karena areal kebun sawit petani swadaya masyarakat Desa Gonting Malaha Bandar Pulau, Asahan itu lebih luas atau mencapai sekitar 1.553 hektare.
Ketua Asosiasi Petani Swadaya Amanah, H. Sunarno, menyebutkan, keberhasilan asosiasi itu tidak terlepas dari binaan dan dukungan kuat dari Asian Agri.
Asosiasi, katanya banyak menerima berbagai manfaat sejak kelompoknya bermitra dengan Asian Agri.
"Kami tidak lagi mengelola perkebunan sawit secara serampangan seperti sebelumnya.Dengan pembinaan, petani mendapat pemahaman tentang teknik budidaya sawit yang baik,"katanya.
Penerapan teknik yang baik dan benar membuat hasil kebun meningkat tajam menjadi dua ton tandan buah sawit (TBS) per hekltare dari sebelummya hanya paling banyak 1,4 ton TBS.
Kepada petani Sumut, Sunarno menegaskan bahwa untuk maju, maka harus ada penguatan kelompok terlebih dahulu.
Dengan adanya kesatuan visi dan misi di kelompok maka kesuksesan akan lebih mudah dicapai.
Sunarno menyebutkan, hingga dewasa ini, asosiasi sudah memiliki 501 orang anggota dengan luas lahan sekitar 1.048 hektare.
"Kami yakin, kelompok tani di Assahan bisa mengikuti jejak kemajuan Amanah dan bahkan bisa lebih bagus," kata Sunarno.
Sekretaris Camat Bandar Pulau, Asahan , Irwansyah yang turut mendampingi para petani studi banding ke Riau itu mengaku kagum terhadap kesuksesan Asosiasi Petani Sawit Amanah, Riau yang telah mampu mengelola kebunnya seperti yang dilakukan perusahaan.
Mengaku menyaksikan langsung bangaimana assosiasi petani di Riau itu, naka dia berharap, petani di Asahan, Sumut bisa mengikutinya.
"Pemkab Asahan mengapresiasi program studi banding petani yang dilakukan Asian Agri, karena kemajuan petani binaan juga akan membawa dampak posistif bagi daerah Asahan," katanya.
Sekretaris kelompok petani swadaya Desa Gonting Malaha, Asahan, Munarwan, juga mengaku kagum dengan kemjaun kelompok tani di Riau itu.
"Studi banding ke Amanah sudah membuka mata saya. Ternyata kita sebagai petani kalau memiliki kemauan dan satu hati akam mampu mengelola kebun sawit setara dengan kebun perusahaan," ujarnya.***3***