Medan, 25/5 (Antara) - Rakyat Indonesia diharapkan dapat bersikap bijaksana dalam menyikapi berbagai bentuk kampanye hitam yang kemungkinan besar akan muncul menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Shohibul Anshor Siregar di Medan, Minggu, mengatakan, potensi kampanye hitam (black campaign) itu cukup berpotensi muncul dalam pemilihan presiden (pilpres).
Peluang tersebut semakin besar karena peserta pilpres hanya dua kubu sehingga menyebabkan kedua pihak berupaya untuk melakukan berbagai cara guna meraih kemenangan.
Jika dilihat dari kondisi yang ada, kemungkinan besar kampanye hitam tersebut akan muncul dari unsur pendukung masing-masing pasangan capres/cawapres.
Pihaknya memperkirakan kampanye hitam menjelang pilpres tersebut tidak akan diwarnai campur tangan negara lain yang sangat menginginkan kondusifitas Indonesia guna menjamin kepentingan bisnisnya.
"Kalau Indonesia rusuh, malah mereka tidak berdagang di sini," katanya.
Menurut Sohibul, kampanye hitam tersebut muncul karena adanya bagian dari tim pendukung atau tim pemenangan kurang dewasa dalam menyikapi perbedaan pendapat dan belum mampu berpikir strategis untuk jangka panjang.
Untuk itu, rakyat harus dapat bersikap bijaksana dalam menyikapi kampanye hitam yang dimaksudkan untuk menjelekkan atau menurunkan citra positif pasangan capres/cawapres tertentu.
Jika dilihat dari perkembangan yang ada, kemungkinan besar kampanye hitam dalam pilpres tahun 2014 tersebut berkaitan dengan sejarah hidup masing-masing capres.
Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa kemungkinan besar akan diungkit tentang pertanggungjawabannya atas dugaan pelanggaran HAM yang terjadi menjelang suksesi tahun 1998.
Faktor itu akan dianggap menarik untuk dijadikan sebagai salah satu materi kampanye hitam, apalagi belum ada keterangan atau penjelasan resmi dari Prabowo Subianto.
"Meski tidak mau berbicara masalah itu, tetapi saya yakin Prabowo memiliki jawaban atas masalah itu," katanya.
Kelompok yang ingin memperburuk citra Prabowo Subianto juga akan mengungkit status keluarga atau rumah tangga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra tersebut.
"Di Indonesia, masalah keluarga adalah sesuatu yang sensitif. Mungkin ada ditanya masalah istri dan ibu negara," kata Sohibul.
Sedangkan untuk Jokowi, materi kampanye hitam diperkirakan akan berkaitan dengan asal usul, agama, dan donatur yang akan mendanai seluruh biaya pencalonan.
"Akan ditanya siapa bapaknya (Jokowi), Tionghoa atau bukan, siapa di belakangnya, soal agama, itu akan marak dan sukar dieliminasi," katanya.
Untuk mengurangi potensi kampanye hitam tersebut, salah satu upaya yang efektif adalah memperbanyak pertemuan dialogis antarkedua kelompok pendukung.
"Supaya mereka lebih sadar. Kalau kandidatnya kalah, Indonesia tidak bubar. Kalau kandidatnya menang, juga tidak apa-apa," ujar Sohibul. (I023)
Shohibul: Sikapi Kampanye Hitam Dengan Bijaksana
Minggu, 25 Mei 2014 20:29 WIB 540