Medan, 17/2 (ANTARA) - Harga kedelai impor naik lagi di pasar Medan bahkan di tingkat grosir kini paling rendah Rp7.450 per kilogram atau Rp400 lebih mahal ketimbang pada akhir 2012.

"Pusinglah. Padahal pada akhir Januari juga sudah naik," kata perajin tempe Budisudarno di Medan, Minggu.

Akhir Desember 2012, harga kedelai masih Rp7.050-Rp7.100 per kg kemudian menjadi Rp7.350-Rp7.400 per kg di akhir Januari 2013 dan bertengger di angka Rp7.450 per kg pada sepekan ini.

Kekhawatiran perajin akan ada kenaikan harga kedelai impor lagi kini terbukti. "Seharusnya pemerintah bisa mengendalikan harga kedelai impor seperti yang dilakukan sebelumnya," kata Budisudarno.

Pemasok berdalih kenaikan itu merupakan dampak kenaikan harga impor dari AS yang mengalami gangguan panen.

"Bagaimana UMKM bisa bertahan, kalau harga kedelai naik terus di tengah daya beli tempe dan tahu melemah," kata Budisudarno.

Perajin kata dia tidak berani menaikkan harga tempe karena khawatir berdampak pada semakin rendahnya daya beli konsumen. Dia mengakui bahwa perajin tempe dan tahu di Sumut sangat tergantung dengan kedelai impor.

Selain karena kedelai lokal susah diperoleh juga untuk mendapatkan hasil tempe yang bagus memang harus menggunakan produk impor, katanya.

Dengan harga yang semakin mahal, maka harga kedelai impor itu semakin jauh dari harga normal pada tahun 2011 yang berkisar Rp5.500-Rp6.500 per kg.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah utusan Sumut Parlindungan Purba mengatakan akan kembali mendesak Kementerian Pertanian dan Perdagangan untuk menekan harga kedelai impor itu.

Menurut dia, kedelai juga merupakan bahan pangan sehingga wajar mendapat perhatian serius.

Kementerian Pertanian diharapkan bisa mengembangkan luas areal atau produksi kedelai itu dengan berbagai cara.

"Bisa dilakukan seperti pengawalan tanaman padi yang melibatkan perusahaan BUMN," katanya.

Menurut Parlindungan pengurangan produksi kedelai seperti di Sumut harus diatasi agar ketergantungan impor bisa ditekan.

Produksi kedelai pada angka ramalan II 2012 turun jauh di bawah angka 2011 atau hanya 5.923 ton.

Pada tahun 2011, produksi sudah bisa mencapai 11.426 ton dari 2010 yang sebanyak 9.439 ton.***3*** (T.E016/B/A.J.S. Bie/B/A.J.S. Bie) 17-02-2013 13:54:11

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013