Langkat, Sumut, 29/1 (ANTARA) - Keluarga Syahruddin Effendi, nelayan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang hilang ketika terjadi bentrokan meminta bantuan pemerintah untuk menemukan jenazah nelayan itu.
"Hidup atau mati, kami sangat ingin melihat jasadnya," kata Syamsiah (50) kakak kandung Syahruddin Effendi di Desa Perlis, Kecamatan Brandan Barat, Langkat, Selasa.
Menurut Syamsiah, pihaknya sangat ingin menemukan jasad Syahruddin Effendi guna mengetahui kepastian nasib adiknya tersebut.
Selama ini, pihaknya mendapatkan informasi yang simpang siur mengenai nasib Syahruddin Effendi usai ikut terlibat dalam bentrokan antara nelayan tradisional dengan pengelola pukat harimau di perairan Desa Kuala serapuh pada Senin (21/1).
Sebagian nelayan yang ikut dalam bentrokan itu menyebutkan adiknya tewas tenggelam dan jenazahnya belum ditemukan hingga saat ini.
Namun ada juga menyebutkan jika Syahruddin Effendi ditahan pihak kepolisian karena dianggap bertanggung jawab dalam bentrokan yang berujung pada pembakaran kapal pukat harimau tersebut.
Meski demikian, pihaknya juga pernah dihubungi seseorang yang menyebutkan Syahruddin Effendi telah tewas dan sedang menjalani proses otopsi di RS Pirngadi di Medan.
"Setelah dicek ke sana (RS Pirngadi di Medan), informasinya tidak benar. Kami bingung," katanya.
Ia mengatakan, Syahruddin Effendi memiliki dua anak yakni Syaiful Bahri (10) dan Irawati (7) dan berstatus duda karena istrinya Maisyarah telah meninggal dunia pada tahun 2006.
Dengan belum pulangnya Syahruddin Effendi sejak peritiwa bentrokan nelayan tersebut, kedua anaknya terpaksa dititipkan di kerabat terdekat.
Karena itu, pihaknya sangat ingin mengetahui keberadaan Syahruddin Effendi yang menjadi tumpuan dalam keluarga tersebut.
"Kami ingin tahu, apakah keponakan kami ini sudah yatim piatu," katanya sambil menangis. ***4***
(T.I023/B/I007/I007)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
"Hidup atau mati, kami sangat ingin melihat jasadnya," kata Syamsiah (50) kakak kandung Syahruddin Effendi di Desa Perlis, Kecamatan Brandan Barat, Langkat, Selasa.
Menurut Syamsiah, pihaknya sangat ingin menemukan jasad Syahruddin Effendi guna mengetahui kepastian nasib adiknya tersebut.
Selama ini, pihaknya mendapatkan informasi yang simpang siur mengenai nasib Syahruddin Effendi usai ikut terlibat dalam bentrokan antara nelayan tradisional dengan pengelola pukat harimau di perairan Desa Kuala serapuh pada Senin (21/1).
Sebagian nelayan yang ikut dalam bentrokan itu menyebutkan adiknya tewas tenggelam dan jenazahnya belum ditemukan hingga saat ini.
Namun ada juga menyebutkan jika Syahruddin Effendi ditahan pihak kepolisian karena dianggap bertanggung jawab dalam bentrokan yang berujung pada pembakaran kapal pukat harimau tersebut.
Meski demikian, pihaknya juga pernah dihubungi seseorang yang menyebutkan Syahruddin Effendi telah tewas dan sedang menjalani proses otopsi di RS Pirngadi di Medan.
"Setelah dicek ke sana (RS Pirngadi di Medan), informasinya tidak benar. Kami bingung," katanya.
Ia mengatakan, Syahruddin Effendi memiliki dua anak yakni Syaiful Bahri (10) dan Irawati (7) dan berstatus duda karena istrinya Maisyarah telah meninggal dunia pada tahun 2006.
Dengan belum pulangnya Syahruddin Effendi sejak peritiwa bentrokan nelayan tersebut, kedua anaknya terpaksa dititipkan di kerabat terdekat.
Karena itu, pihaknya sangat ingin mengetahui keberadaan Syahruddin Effendi yang menjadi tumpuan dalam keluarga tersebut.
"Kami ingin tahu, apakah keponakan kami ini sudah yatim piatu," katanya sambil menangis. ***4***
(T.I023/B/I007/I007)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013