Merayakan har jadinya yang ke-60, Departement Malay-Indonesian Studies di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul sukses menggelar Symposium International bertajuk “Expoloring Malay-Indonesian Studies in New Normal Era” dengan menghadirkan sejumlah akademisi sastra dan bahasa dari Indonesia dan Malaysia.
Kegiatan yang digelar Jumat, (29/11/2024) tersebut turut dihadiri Deputy Chief of Mission/Minister of The Embassy of Malaysia Nazaruddin Ja’afar dan Charge d’Affairs of the Embassy of Indonesia Zelda Wulan Kartika dengan pembicara utama Maman S. Mahayana, S.S., M.Hum serta Prof. Dr. Maszlee bin Malik.
Dalam sambutannya Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya Asia HUFS Prof. Dr. Shin Keun Hye mengapresiasi kegiatan simposium internasional ini dan berharap kegiatan tersebut mampu menyumbangkan pemikiran terkait perkembangan pembelajaran sastra, bahasa dan budaya untuk Malaysia dan Indonesia.
“Perkembangan keilmuan untuk studi Malaysia-Indonesia sendiri saat ini tengah meningkat dengan pesat, dan semoga perayaan ulang tahun ke-60 dengan kegiatan simposium internasional ini mampu membawa pemikiran baru terkait perkembangan keilmuan studi ini,” ujarnya.
Kepala Departemen Studi Malay-Indonesia Prof. Dr. Seo Myeng Kyo dalam sambutannya mengucapkan selamat datang kepada para pembicara dan berterimakasih atas dukungan Kedutaan Malaysia dan Kedutaan Indonesia yang terus memberikan dukungan kepada Departemen Malay-Indonesia, HUFS.
“Terima kasih juga kami ucapkan kepada Prof. Dr. Koh Young Hun yang telah berupaya keras mewujudkan simposium internasional yang sangat berharga dan nantinya dapat bermanfaat untuk perkembangan studi keilmuan Malay-Indonesia di HUFS,” ujarnya.
Sementara Charge d’Affairs of the Embassy of Indonesia Zelda Wulan Kartika mengapresiasi kegiatan simposium internasional di HUFS. “Adalah suatu kehormatan bagi Indonesia karena studi terkait sastra dan bahasa Indonesia diajarkan di kampus ini dengan peminat mahasiswa yang tidak sedikit,” katanya.
Zelda Wulan Kartika berharap, kerja sama antara HUFS dengan Kedutaan Indonesia di Korea Selatan dapat lebih ditingkatan, bahkan bila memungkinkan ada dibuat pusat kebudayaan Indonesia di HUFS yang dapat menjadi etalase dalam pengenalan budaya bahasa dan sastra Indonesia di Seoul.
Simposium Internasional
Simposium internasional itu sendiri diawali dengan pemaparan dari Guru Besar Emiratus HUFS Prof. Dr. Koh Young Hun, yang dalam makalahnya bertajuk Smart Learning as Language Education in the New Normal Era memperkenalkan metede pengajaran smart learning atau flipped learning.
Prof. Koh dalam pemaparannya menjelaskan, pembelajaran sastra, bahasa dan budaya Malay-Indonesia di era new normal perlu dilakukan lebih variatif agar pembelajar dan dosen atau guru yang mengajarkan tidak merasa bosan.
“Dengan pemanfaatan teknologi digital, saya menawarkan model pembelajaran flipped learning, di mana mahasiswa atau pembelajar bahasa dapat belajar melalui smartphone atau ipad dengan kurikulum yang sudah disediakan dalam sebuah aplikasi yang didesain agar mahasiswa dapat berperan aktif serta mendapatkan contoh-contoh penggunaan kalimat yang relevan disertai video interaktif,” katanya.
Melalui metode Flipped Learning (FL) ini, pengajar tidak menerangkan konten kuliahnya secara terperinci di dalam ruang kelas, melainkan melakukan aktivitas lain yang berkaitan dengan konten pelajaran tersebut.
“Sudah dua tahun FL diterapkan di dalam kelas Membaca Bahasa Indonesia (tahap dasar) di PSMI HUFS, hasilnya respons mahasiswa sangat positif. Keterlibatan mahasiswa dalam proses belajar juga lebih tinggi dibandingkan dengan pengajaran bahasa secara tradisional, saya kira metode Flipped Learning (FL) ini dapat menjadi alternatif pengajaran Bahasa Malay-Indonesia untuk penutur asing di dalam new normal era,” jelasnya.
Usai memaparkan makalahnya, Prof. Koh Young Hun kemudian memandu sesi diskusi yang menghadirkan pembicara dari Malaysia dan Indonesia, di antaranya Dr. Tri Mastoyo, M.Hum (Universitas Gadjah Mada), Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd. (Universitas Brawijaya), Tommy Christomy, S.S., M.Hum, Ph.D. (Universitas Indonesia).
Prof. Dr. Hashim Islamail (University Malaya), Nur Utami Sari’at Kurniati, M.Hum. (Universitas Pakuan), Assc. Prof. Dr. Agus Sulaeman, M.Pd. (Universitas Muhammadiyah Tangerang) dan pembicara dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yaitu Dri Agus Erinita, Miranti Sudarmaji, Meryna Afrila, Anita Astriawati Ningrum, Inayatusshalihah dan Retno Handayani.
Kegiatan 60th Anniversary of the Department of Malay-Indonesian Studies, Hankuk University of Foreign Studies yang acaranya dipandu Dr. Ummi Hani Abu Hassan dan Bambang Riyanto M.Si., ini sendiri ditutup dengan temu ramah alumni, penarikan lucky draw, hiburan dari mahasiswa dan pemberian cinderamata serta foto bersama.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024