Penyematan Jenderal Besar Abdul Haris Nasution sebagai nama Bandar Udara (bandara) di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) merupakan bentuk penghargaan atas jasa pahlawan nasional yang berasal dari Bumi Gordang Sambilan.
"Itu penghargaan kita, masyarakat dan Pemkab Madina, atas jasa-jasa beliau kepada bangsa ini," kata Bupati Madina HM Jakfar Sukhairi Nasution, Selasa (1/10) malam.
Lebih lanjut, Sukhairi menjelaskan penyematan nama satire ‘Bandara Insyaallah’ oleh masyarakat karena pembangunan yang tak kunjung selesai mendorong Pemkab Madina untuk menuntaskan pembangunannya.
"Sembari dalam hal itu tentu harus disiapkan namanya," katanya.
Dia menerangkan, kelanjutan pembangunan Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution merupakan prestasi tersendiri, karena berlangsung di tengah situasi anggaran yang tidak maksimal.
"Itu ada situasi COVID 19, refocusing anggaran, tapi Pemkab Madina bertekad dan berhasil meyakinkan pemerintah pusat untuk melanjutkan pembangunan bandara," ungkapnya.
Di sisi lain, bupati dan wakil bupati menimbang nama besar dan jasa Jenderal Besar Abdul Haris Nasution bagi bangsa ini patut dikenang.
"Itu murni dari kami pemilihan nama itu," tutur ketua DPW PKB Sumut ini.
Bupati Sukhairi mengungkapkan, pada pemerintahan sebelumnya sudah ada rencana membangun monumen untuk Jenderal Besar Abdul Haris Nasution.
"Tapi, ada semacam perbedaan pendapat yang tak selesai sampai hari ini, apa dibangun patung atau monumen," ungkapnya.
Pembangunan monumen atau patung, jelas Sukhairi, belum menjadi prioritas pada masa pemerintahannya karena berbagai hal.
Pertama, kondisi keuangan daerah yang tidak ideal karena refocusing dan tahun politik. Kedua, gaungnya hanya skop kabupaten yang dipandang tidak maksimal dalam membesarkan nama mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.
"Kalau monumen kita bangun tidak fundamental dan gaungnyakan hanya di kabupaten ini. Kalau nama bandara gaungnya lebih luas, nasional," sebut Bupati.
Dijelaskannya, perjalanan penamaan bandar udara di Bukitmalintang itu dimulai dari diskusi, pengambilan keputusan, surat bupati kepada pemerintah provinsi dan pusat, surat pernyataan dari keluarga Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, sampai kemudian ditetapkan.
Pemberian nama pahlawan untuk bandar udara bukan hal baru di dunia. Di Indonesia pun banyak bandar udara yang memakai nama pahlawan sebagai bentuk kebanggaan dan penghormatan. Beberapa di antaranya Soekarno-Hatta, Adi Soemarno, I Gusti Ngurah Rai, Halim Perdanakusuma, Jenderal Ahmad Yani, Djoeanda (Juanda), dan Sultan Hasanuddin.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024
"Itu penghargaan kita, masyarakat dan Pemkab Madina, atas jasa-jasa beliau kepada bangsa ini," kata Bupati Madina HM Jakfar Sukhairi Nasution, Selasa (1/10) malam.
Lebih lanjut, Sukhairi menjelaskan penyematan nama satire ‘Bandara Insyaallah’ oleh masyarakat karena pembangunan yang tak kunjung selesai mendorong Pemkab Madina untuk menuntaskan pembangunannya.
"Sembari dalam hal itu tentu harus disiapkan namanya," katanya.
Dia menerangkan, kelanjutan pembangunan Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution merupakan prestasi tersendiri, karena berlangsung di tengah situasi anggaran yang tidak maksimal.
"Itu ada situasi COVID 19, refocusing anggaran, tapi Pemkab Madina bertekad dan berhasil meyakinkan pemerintah pusat untuk melanjutkan pembangunan bandara," ungkapnya.
Di sisi lain, bupati dan wakil bupati menimbang nama besar dan jasa Jenderal Besar Abdul Haris Nasution bagi bangsa ini patut dikenang.
"Itu murni dari kami pemilihan nama itu," tutur ketua DPW PKB Sumut ini.
Bupati Sukhairi mengungkapkan, pada pemerintahan sebelumnya sudah ada rencana membangun monumen untuk Jenderal Besar Abdul Haris Nasution.
"Tapi, ada semacam perbedaan pendapat yang tak selesai sampai hari ini, apa dibangun patung atau monumen," ungkapnya.
Pembangunan monumen atau patung, jelas Sukhairi, belum menjadi prioritas pada masa pemerintahannya karena berbagai hal.
Pertama, kondisi keuangan daerah yang tidak ideal karena refocusing dan tahun politik. Kedua, gaungnya hanya skop kabupaten yang dipandang tidak maksimal dalam membesarkan nama mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.
"Kalau monumen kita bangun tidak fundamental dan gaungnyakan hanya di kabupaten ini. Kalau nama bandara gaungnya lebih luas, nasional," sebut Bupati.
Dijelaskannya, perjalanan penamaan bandar udara di Bukitmalintang itu dimulai dari diskusi, pengambilan keputusan, surat bupati kepada pemerintah provinsi dan pusat, surat pernyataan dari keluarga Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, sampai kemudian ditetapkan.
Pemberian nama pahlawan untuk bandar udara bukan hal baru di dunia. Di Indonesia pun banyak bandar udara yang memakai nama pahlawan sebagai bentuk kebanggaan dan penghormatan. Beberapa di antaranya Soekarno-Hatta, Adi Soemarno, I Gusti Ngurah Rai, Halim Perdanakusuma, Jenderal Ahmad Yani, Djoeanda (Juanda), dan Sultan Hasanuddin.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024