Wakil Ketua Umum Badan Pelindungan Lansia Indonesia (BP-Lansia), Robinson Napitupulu menyebutkan, solidaritas antara para lanjut usia perlu dibangun, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat menuju pada keseimbangan dan keadilan.
"Solidaritas dan kemampuan serta kapasitas ketrampilan dalam menjaga keberlangsungan kehidupan yang dimiliki para Lansia sangat perlu untuk dikembangkan", ujar Robinson di Medan, Selasa (11/6).
Di samping itu, partisipasi para lansia di bidang ekonomi, sosial, budaya dan kesehatan, baik di Indonesia maupun dunia internasional perlu dibangun.
Tokoh senior Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) itu menambahkan, pengembangan nilai moral religius dan nilai luhur kearifan lokal dalam berbangsa dan bernegara juga perlu digali.
"Kesadaran dalam meningkatkan persatuan, kesatuan dan nasionalisme dalam wadah negara Republik Indonesia, sangat perlu dibangun" imbuhnya.
Point-point dimaksud, jelas Robinson, sudah dituangkan dalam maksud dan tujuan akta pendirian perkumpulan Badan Pelindungan lanjut usia Indonesia nomor 011 tanggal 28 Januari 2024, yang dikeluarkan Notaris Desi Sulastri, SH.,M.Kn berdasarkan SK. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor : 491/KEP-400.20.3/XII/2018.
"Menua dengan sehat, menjadi lansia bermartabat yang berguna serta panjang umur dan bahagia, itulah menjadi visi dari Badan Pelindungan Lansia Indonesia", ungkap Robin.
Misi yang diemban BP-Lansia, mengajak saling bekerja sama dengan Departemen Kesehatan, serta tetap berguna mengembangkan profesi dan keahlian kolaborasi bersama Departemen Ketenagakerjaan.
Selanjutnya, akan membangun kerohanian mental, etika dan moral yang baik kerjasama dengan Menteri Agama.
Robinson, yang turut mengInisiasi terbentuknya BP-Lansia itu menjelaskan, pada Jumat, 25 Juni 2024 lalu, BP Lansia pusat telah menggelar Seminar Nasional Extra Lindung Lansia bersama BPJS dan Praktisi Kesehatan Masyarakat di Jakarta.
Seminar itu, dihadiri peserta yang merupakan perwakilan berbagai Propinsi, dengan beberapa narasumber, yakni Prof. Dr. Thomas Suyatno, Prof. Dr. Bomer Pasaribu dan Prof. Dr. Gilbert Simanjuntak, Dr. Romy Makagiansar, dari BPJS serta Dr. Yulida Marbun dari pihak Akademisi.
Sejauh ini, kata Robin pihaknya masih menyusun rumusan dari hasil seminar, yang nantinya akan disampaikan kepada Prabowo Subianto sebagai Presiden RI terpilih, sebelum dilantik pada 22 Oktober 2024, dengan harapan dapat dimasukkan dalam RPJM 2025-2029.
"Sekarang ini, kita masih dalam tahap merumuskan hasil seminar dan nantinya akan direkomendasikan sebagai masukan dari BP Lansia untuk disampaikan kepada pemerintah pusat" ujar Robinson.
"Solidaritas dan kemampuan serta kapasitas ketrampilan dalam menjaga keberlangsungan kehidupan yang dimiliki para Lansia sangat perlu untuk dikembangkan", ujar Robinson di Medan, Selasa (11/6).
Di samping itu, partisipasi para lansia di bidang ekonomi, sosial, budaya dan kesehatan, baik di Indonesia maupun dunia internasional perlu dibangun.
Tokoh senior Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) itu menambahkan, pengembangan nilai moral religius dan nilai luhur kearifan lokal dalam berbangsa dan bernegara juga perlu digali.
"Kesadaran dalam meningkatkan persatuan, kesatuan dan nasionalisme dalam wadah negara Republik Indonesia, sangat perlu dibangun" imbuhnya.
Point-point dimaksud, jelas Robinson, sudah dituangkan dalam maksud dan tujuan akta pendirian perkumpulan Badan Pelindungan lanjut usia Indonesia nomor 011 tanggal 28 Januari 2024, yang dikeluarkan Notaris Desi Sulastri, SH.,M.Kn berdasarkan SK. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor : 491/KEP-400.20.3/XII/2018.
"Menua dengan sehat, menjadi lansia bermartabat yang berguna serta panjang umur dan bahagia, itulah menjadi visi dari Badan Pelindungan Lansia Indonesia", ungkap Robin.
Misi yang diemban BP-Lansia, mengajak saling bekerja sama dengan Departemen Kesehatan, serta tetap berguna mengembangkan profesi dan keahlian kolaborasi bersama Departemen Ketenagakerjaan.
Selanjutnya, akan membangun kerohanian mental, etika dan moral yang baik kerjasama dengan Menteri Agama.
Robinson, yang turut mengInisiasi terbentuknya BP-Lansia itu menjelaskan, pada Jumat, 25 Juni 2024 lalu, BP Lansia pusat telah menggelar Seminar Nasional Extra Lindung Lansia bersama BPJS dan Praktisi Kesehatan Masyarakat di Jakarta.
Seminar itu, dihadiri peserta yang merupakan perwakilan berbagai Propinsi, dengan beberapa narasumber, yakni Prof. Dr. Thomas Suyatno, Prof. Dr. Bomer Pasaribu dan Prof. Dr. Gilbert Simanjuntak, Dr. Romy Makagiansar, dari BPJS serta Dr. Yulida Marbun dari pihak Akademisi.
Sejauh ini, kata Robin pihaknya masih menyusun rumusan dari hasil seminar, yang nantinya akan disampaikan kepada Prabowo Subianto sebagai Presiden RI terpilih, sebelum dilantik pada 22 Oktober 2024, dengan harapan dapat dimasukkan dalam RPJM 2025-2029.
"Sekarang ini, kita masih dalam tahap merumuskan hasil seminar dan nantinya akan direkomendasikan sebagai masukan dari BP Lansia untuk disampaikan kepada pemerintah pusat" ujar Robinson.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024