Masjid Raya Al Mashun Medan Sumatera Utara menyajikan 1.000 porsi bubur sup per hari untuk masyarakat yang berbuka puasa di bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah/2024 Masehi.
"Dalam pembagian 1.000 porsi bubur itu, sebagian diberikan kepada masyarakat yang membawa pulang ke rumah, dan warga yang berbuka di masjid ini," kata Kepala petugas masak bubur sup Masjid Raya Al Mashun Medan Hamdan di Medan, Rabu.
Hamdan menjelaskan, dalam proses memasak bubur sup untuk berbuka puasa itu dilakukan persiapan sejak pada pagi hari, dengan langkah awal dilakukan menyediakan bahan di antaranya daging, kentang, beras, wartel, bumbu khas, dan lain-lain.
"Daging sekitar 10 kilogram, beras 30 kilogram, kentang dan wartel 10 kilogram, kami masak setelah shalat Dzuhur sampai sekitar jam empat sore," katanya.
Hamdan mengatakan, tradisi pemberian buka puasa untuk masyarakat itu sudah berlangsung sejak zaman Kesultanan Deli dari tahun 1906, yang awalnya menggunakan bubur pedas.
"Bahan bubur pedas itu bumbu rempah-rempahnya susah dicari sampai ke kampung-kampung, selain itu proses bumbu itu selama tiga bulan, jadinya diganti dengan bubur sup sejak 50 tahun sebelumnya," katanya.
Hamdan menambahkan, pemberian bubur sup untuk berbuka puasa itu sudah dua kali dilakukan setelah pandemi COVID-19.
"Karena kami mendukung program pemerintah agar penyebaran penyakit tersebut cepat hilang, dan kini sudah kembali normal seperti semula," katanya.
Salah satu jamaah, Fauzan mengatakan senang adanya pembagian bubur sup di Mesjid Raya Medan, karena dirinya setiap memasuki bulan suci Ramadhan sering berbuka dengan masakan khas ini.
"Sejak umur 16 tahun, saya mengambil bubur sup ini karena enak, mengenyangkan, dan sehat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024
"Dalam pembagian 1.000 porsi bubur itu, sebagian diberikan kepada masyarakat yang membawa pulang ke rumah, dan warga yang berbuka di masjid ini," kata Kepala petugas masak bubur sup Masjid Raya Al Mashun Medan Hamdan di Medan, Rabu.
Hamdan menjelaskan, dalam proses memasak bubur sup untuk berbuka puasa itu dilakukan persiapan sejak pada pagi hari, dengan langkah awal dilakukan menyediakan bahan di antaranya daging, kentang, beras, wartel, bumbu khas, dan lain-lain.
"Daging sekitar 10 kilogram, beras 30 kilogram, kentang dan wartel 10 kilogram, kami masak setelah shalat Dzuhur sampai sekitar jam empat sore," katanya.
Hamdan mengatakan, tradisi pemberian buka puasa untuk masyarakat itu sudah berlangsung sejak zaman Kesultanan Deli dari tahun 1906, yang awalnya menggunakan bubur pedas.
"Bahan bubur pedas itu bumbu rempah-rempahnya susah dicari sampai ke kampung-kampung, selain itu proses bumbu itu selama tiga bulan, jadinya diganti dengan bubur sup sejak 50 tahun sebelumnya," katanya.
Hamdan menambahkan, pemberian bubur sup untuk berbuka puasa itu sudah dua kali dilakukan setelah pandemi COVID-19.
"Karena kami mendukung program pemerintah agar penyebaran penyakit tersebut cepat hilang, dan kini sudah kembali normal seperti semula," katanya.
Salah satu jamaah, Fauzan mengatakan senang adanya pembagian bubur sup di Mesjid Raya Medan, karena dirinya setiap memasuki bulan suci Ramadhan sering berbuka dengan masakan khas ini.
"Sejak umur 16 tahun, saya mengambil bubur sup ini karena enak, mengenyangkan, dan sehat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024