Orangutan Haven yang menjadi rumah jangka panjang bagi orangutan yang tidak dapat dilepasliarkan ke hutan sebagai habitat aslinya dijadwalkan bisa beroperasi penuh atau terbuka untuk umum pada pertengahan 2024.

"Orangutan Haven didedikasikan untuk memberikan pengalaman inspiratif dan informatif dan edukasi di alam untuk masyarakat luas," ujar Ketua Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) Kusnadi di Medan, Senin. 

Kusnadi yang didampingi General Manajer Orangutan Haven, Hetty Berliana Damanik dan narasumber Ricko Layno Jaya dan drh Yenny Saraswati menegaskan, Orangutan Haven hadir memberikan perawatan dan kesejahteraan bagi Orangutan selama sisa hidup mereka

Kusnadi menjelaskan, berbagai hal terkait lingkungan dapat dipelajari di Orangutan Haven. Mulai dari belajar spesies seperti Orangutan dan habitatnya, konstruksi berkelanjutan, pertanian organik, energi terbarukan dan banyak topik lingkungan hidup lainnya.

General Manajer Orangutan Haven, Hetty Berliana Damanik, menegaskan, inisiatif pembangunan Orangutan Haven berawal dari pengalaman YEL bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Balai Besar KSDA Sumut) melalui Program Konservasi Orangutan Sumatera (SOCP) sejak tahun 2001 yang telah melepasliarkan lebih dari 350 Orangutan ke habitatnya di hutan dengan tujuan membangun populasi Orangutan liar baru yang mandiri.

Terdapat beberapa Orangutan yang tidak dapat dilepasliarkan ke alam karena banyak hal mulai dari kebutaan, gangguan fisik maupun psikis. 

Padahal, katanya, Orangutan dapat hidup hingga 50 atau 60 tahun bahkan lebih.

"Orangutan Haven itulah menjadi tempat Orangutan yang memiliki masalah itu selama sisa hidup mereka," katanya. 

Fasilitas yang disediakan berupa pulau-pulau yang didesain dengan nuansa alami dan dilengkapi dengan alat panjat dan keranjang bersarang diharapkan membuat Orangutan itu benar-benar merasa seperti di alam aslinya. 

Dia menyebutkan, hingga saat ini terdapat delapan Orangutan di Pusat Rehabilitasi Orangutan Batu Mbelin yang berdasarkan kajian para ahli tidak dapat dilepasliarkan. 
Mereka rata-rata sudah 8-12 tahun hidup di dalam kandang di SOCP.

“Setelah berdiskusi cukup dalam dengan para ahli, kita memutuskan perlu memberikan kenyamanan (welfare) kepada delapan7 Orangutan itu untuk kembali merasakan hidup di alam namun masih dapat dimonitor dan diberikan treatment sebagaimana di pusat rehabilitasi dengan menempatkan merema di pulau-pulau yang terisolasi dan secure untuk dirinya," ujarnya.

Drh Yenny Saraswati menjelaskan, setiap individu Orangutan akan diperkenalkan ke pulau-pulau di Orangutan Haven secara bertahap. Alasannya setiap individu Orangutan memiliki karakter yang berbeda.

Proses pengenalan itu membutuhkan waktu sampai Orangutan dapat terbiasa dengan lingkungan hidup barunya. 

"Keberadaan Orangutan di pulau-pulau Orangutan Haven akan berperan sebagai bahan pelajaran dan sekaligus sebagai duta satwa liar yang mengajak pengunjung untuk menjaga hutan yang menjadi habitat mereka," katanya. 

Dia menegaskan, Orangutan Haven merupakan aset bagi Sumut dan sekitarnya bahkan Indonesia sebagai sumber daya unik konservasi, pendidikan, pembangunan berkelanjutan, dan rekreasi. 

Dengan areal lebih dari 40 hektare, Orangtua Haven terbuka menerima kunjungan masyarakat, juga sekolah yang ingin memanfaatkan fasilitasnya sebagai sumber daya pendidikan.

Berbagai modul pendidikan telah dipersiapkan dan akan senantiasa dikembangkan, termasuk dalam merespon Kurikulum Merdeka Belajar terutama pada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Pendekatan belajar yang dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan mendorong siswa menjadi lebih berperan aktif, kreatif, inovatif dan mandiri dalam belajar.

Kehadiran Orangutan Haven akan menambah informasi dan mempromosikan konservasi hutan dan Orangutan serta kesejahteraan satwa.

Termasuk mencerahkan pengunjung dari semua latar belakang dalam mitigasi dan adaptasi menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan di masa depan.

Dia memastikan, kunjungan ke Orangutan Haven akan dibatasi dengan cara melakukan reservasi terlebih dahulu. 

Tujuannya untuk menghindari gangguan kepada Orangutan termasuk hal-hal negatif lainnya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023