Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara menyatakan, Sumut mengalami deflasi bulanan 0,07 persen pada Oktober 2023 meski harga beras di wilayah tersebut naik.
"Berdasarkan kelompok, sektor makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi tertinggi yakni -0,43 persen, dengan andil deflasi -0,14 persen," ujar Statistisi Utama BPS Sumatera Utara Misfaruddin dalam konferensi pers daring yang diikuti di Medan, Rabu.
Misfaruddin melanjutkan, kenaikan harga beras tidak membawa Sumut ke inflasi secara bulanan pada Oktober 2023 lantaran sumbangsihnya terhadap inflasi cuma 0,08 persen.
Di sisi lain, harga cabai merah mengalami deflasi 0,16 persen dan itu paling mempengaruhi deflasi di Sumut pada Oktober 2023, disusul tomat (-0,05 persen), telur ayam ras (-0,02 persen), wortel (-0,02 persen) dan cabai hijau (-0,02 persen).
Akan tetapi secara tahun ke tahun atau "year on year" (yoy), Sumut mengalami inflasi 2,60 persen pada Oktober 2023, lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada periode serupa yakni 2,56 persen.
Secara "yoy", BPS Sumut mencatat kenaikan harga beras paling berdampak atas inflasi di wilayahnya dengan sumbangan inflasi 0,69 persen, disusul rokok kretek filter (0,25 persen), tomat (0,18 persen), daging ayam ras (0,14 persen) dan biaya perguruan tinggi atau akademi (0,13 persen).
Sementara deflasi tahun ke tahun Sumut pada Oktober 2023 paling banyak lantaran menurunnya harga bawang merah (-0,18 persen), ikan dencis (-0,07 persen), daging babi (-0,06 persen), ikan tongkol (-0,04 persen) dan cabai merah (-0,03 persen).
Adapun inflasi tahun kalender 2023 Sumut, Oktober 2023 terhadap Desember 2022, tercatat 1,22 persen.
Secara bulanan, dari lima kota yang menjadi lokasi pengukuran indeks harga konsumen (IHK), BPS Sumut menyatakan seluruhnya merasakan deflasi pada Oktober 2023.
Deflasi tertinggi terjadi di Kota Gunungsitoli 0,48 persen, lalu Sibolga 0,19 persen, Padang Sidempuan 0,18 persen, Pematangsiantar 0,15 persen dan Medan 0,04 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
"Berdasarkan kelompok, sektor makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi tertinggi yakni -0,43 persen, dengan andil deflasi -0,14 persen," ujar Statistisi Utama BPS Sumatera Utara Misfaruddin dalam konferensi pers daring yang diikuti di Medan, Rabu.
Misfaruddin melanjutkan, kenaikan harga beras tidak membawa Sumut ke inflasi secara bulanan pada Oktober 2023 lantaran sumbangsihnya terhadap inflasi cuma 0,08 persen.
Di sisi lain, harga cabai merah mengalami deflasi 0,16 persen dan itu paling mempengaruhi deflasi di Sumut pada Oktober 2023, disusul tomat (-0,05 persen), telur ayam ras (-0,02 persen), wortel (-0,02 persen) dan cabai hijau (-0,02 persen).
Akan tetapi secara tahun ke tahun atau "year on year" (yoy), Sumut mengalami inflasi 2,60 persen pada Oktober 2023, lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada periode serupa yakni 2,56 persen.
Secara "yoy", BPS Sumut mencatat kenaikan harga beras paling berdampak atas inflasi di wilayahnya dengan sumbangan inflasi 0,69 persen, disusul rokok kretek filter (0,25 persen), tomat (0,18 persen), daging ayam ras (0,14 persen) dan biaya perguruan tinggi atau akademi (0,13 persen).
Sementara deflasi tahun ke tahun Sumut pada Oktober 2023 paling banyak lantaran menurunnya harga bawang merah (-0,18 persen), ikan dencis (-0,07 persen), daging babi (-0,06 persen), ikan tongkol (-0,04 persen) dan cabai merah (-0,03 persen).
Adapun inflasi tahun kalender 2023 Sumut, Oktober 2023 terhadap Desember 2022, tercatat 1,22 persen.
Secara bulanan, dari lima kota yang menjadi lokasi pengukuran indeks harga konsumen (IHK), BPS Sumut menyatakan seluruhnya merasakan deflasi pada Oktober 2023.
Deflasi tertinggi terjadi di Kota Gunungsitoli 0,48 persen, lalu Sibolga 0,19 persen, Padang Sidempuan 0,18 persen, Pematangsiantar 0,15 persen dan Medan 0,04 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023