Bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia 2023, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa ubi kayu dapat menjadi pangan pengganti beras di wilayahnya.
"Ketahanan pangan harus dikuatkan dan karena itu kita mesti mencari pangan alternatif sebagai substitusi beras," ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara Muhammad Juwaini kepada ANTARA di Medan, Senin.
Menurut Juwaini, ubi kayu sangat berpotensi menggantikan beras di Sumut lantaran area tanamnya yang luas dan masyarakat relatif terbiasa dengan rasa serta teksturnya.
Selain itu, dia melanjutkan, ubi kayu juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi seperti halnya nasi.
"Jadi masyarakat tinggal menambah pangan lain misalnya untuk sumber protein nabati dan hewani sehingga gizi seimbang bisa terpenuhi," tutur Juwaini.
Baca juga: Kejati Sumut tetapkan dua tersangka korupsi DAK Dinas Pendidikan Madina
Dia menyebut, ubi kayu yang dikembangkan di Sumut merupakan varietas lokal seperti Genderuwo dan Adira.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, pada tahun 2022 Sumut dapat memproduksi 1,088 juta ton ubi kayu dengan luas panen 26.639 hektare.
Pada tahun tersebut, Kabupaten Serdang Bedagai menjadi penghasil ubi kayu terbanyak di Sumut dengan produksi 683.727 ton dengan luas panen 14.332 hektare.
Untuk menjalankan program substitusi tersebut, Muhammad Juwaini menekankan perlunya kampanye yang masif, bekerja sama dengan dinas-dinas dan pemangku kepentingan terkait.
"Kampanye ini harus dilakukan secara berkolaborasi agar menjadi kebiasaan masyarakat di Sumut," kata dia.
Provinsi Sumatera Utara tidak asing dengan program diversifikasi pangan.
Contohnya, pada tahun 2011, Pemprov Sumut pernah menggalakkan kampanye "Manggadong", yang berarti makan ubi, di masyarakat untuk menekan asupan beras.
Kemudian pada 2014, Pemprov Sumut memperkenalkan program Gerakan Satu Hari Tanpa Nasi (One Day No Rice) yakni gerakan tidak mengonsumsi nasi atau bahan pangan dari beras setiap hari Selasa dan menggantinya dengan pangan lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
"Ketahanan pangan harus dikuatkan dan karena itu kita mesti mencari pangan alternatif sebagai substitusi beras," ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara Muhammad Juwaini kepada ANTARA di Medan, Senin.
Menurut Juwaini, ubi kayu sangat berpotensi menggantikan beras di Sumut lantaran area tanamnya yang luas dan masyarakat relatif terbiasa dengan rasa serta teksturnya.
Selain itu, dia melanjutkan, ubi kayu juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi seperti halnya nasi.
"Jadi masyarakat tinggal menambah pangan lain misalnya untuk sumber protein nabati dan hewani sehingga gizi seimbang bisa terpenuhi," tutur Juwaini.
Baca juga: Kejati Sumut tetapkan dua tersangka korupsi DAK Dinas Pendidikan Madina
Dia menyebut, ubi kayu yang dikembangkan di Sumut merupakan varietas lokal seperti Genderuwo dan Adira.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, pada tahun 2022 Sumut dapat memproduksi 1,088 juta ton ubi kayu dengan luas panen 26.639 hektare.
Pada tahun tersebut, Kabupaten Serdang Bedagai menjadi penghasil ubi kayu terbanyak di Sumut dengan produksi 683.727 ton dengan luas panen 14.332 hektare.
Untuk menjalankan program substitusi tersebut, Muhammad Juwaini menekankan perlunya kampanye yang masif, bekerja sama dengan dinas-dinas dan pemangku kepentingan terkait.
"Kampanye ini harus dilakukan secara berkolaborasi agar menjadi kebiasaan masyarakat di Sumut," kata dia.
Provinsi Sumatera Utara tidak asing dengan program diversifikasi pangan.
Contohnya, pada tahun 2011, Pemprov Sumut pernah menggalakkan kampanye "Manggadong", yang berarti makan ubi, di masyarakat untuk menekan asupan beras.
Kemudian pada 2014, Pemprov Sumut memperkenalkan program Gerakan Satu Hari Tanpa Nasi (One Day No Rice) yakni gerakan tidak mengonsumsi nasi atau bahan pangan dari beras setiap hari Selasa dan menggantinya dengan pangan lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023