Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menanam 10 ribu bibit mangrove di kawasan wisata mangrove Lubuk Kertang, Kabupaten Langkat yang mengalami kerusakan cukup serius yang ditebang oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

“Perlu kita edukasi masyarakat kita, betapa pentingnya mangrove, dan harus kita cari solusi agar masyarakat memiliki penghasilan lain, sehingga mereka tidak menebang untuk dijual,” ujar Pj Gubenur Sumut Hassanudin usai menanam bibit mangrove, di Kabupaten Langkat. Kamis.

Hassanudin mengatakan hal ini merupakan salah satu langkah untuk memulihkan hutan mangrove, dan tidak bisa dilakukan dengan jalan pintas.

Menurutnya, perlu penyelesaian masalah sosial dan ekonomi, sehingga masyarakat setempat ikut melestarikan mangrove.

“Ini bukan short cut, ini cuma salah satu langkah karena mangrove butuh waktu lama untuk besar, padahal kita sangat butuh mangrove, melindungi dari intrusi air laut, tempat kembang biak ikan dan sekarang perdagangan karbon dan kita punya hutan mangrove terluas ketiga di Indonesia,” kata Hassanudin.

Kepala Dinas LHK Sumut Yuliani Siregar mengatakan kerusakan kawasan hutan mangrove Lubuk Kertang disebabkan pemangkasan habis yang dilakukan masyarakat.
 


“Sebelum COVID ini menjadi tempat wisata yang diminati, tetapi saat COVID menurun drastis dan penghasilan sebagian masyarakat juga terganggu, jadi sebagian masyarakat mulai mengeksploitasi mangrove, sayangnya itu dipangkas habis, padahal ada tata cara kita menebang mangrove,” kata Yuliani Siregar

Yuliani Siregar mengatakan, Pemprov Sumut akan bekerja sama dengan Badan Restorasi Mangrove dan Gambut (BRMG) memulihkan kawasan mangrove, termasuk aspek sosial dan ekonomi.

“Kita akan kerja sama dengan BRMG dan semua stakeholder, kita juga libatkan anak-anak muda agar kecintaan mereka pada mangrove tumbuh, karena mereka yang kita harapkan bisa melestarikan ini,” kata Yuliani Siregar.

Sementara itu, Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BRGM Gatot Subiantoro menjelasakan selain aspek sosial dan ekonomi, dampak kerusakan lingkungan juga sangat penting diperhatikan.

Menurutnya, setiap tahunnya, daratan Sumut terkena intrusi air laut sekitar 14 meter per hektare dan untuk memperbaikinya butuh sekitar Rp5 juta – Rp 6 juta/meter.

“Kalau terkena intrusi harus dibenahi agar tidak merusak perkebunan, pemukiman, di Labuhanbatu ada masyarakat yang harus merelakan sebagian kebun sawitnya untuk jadi hutan mangrove, ada lagi kebun kelapa yang rusak dan jumlahnya ribuan,” kata Gatot

Pewarta: Anggi Luthfi Panggabean

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023