Koperasi Paniaran Nauli Nalagu (KPNN) membantu masyarakat di Samosir, Sumut, khususnya di Desa Tanjungan, Kecamatan Simanindo mengembangkan Talas Beneng. 

"Sejak viral dan melihat potensi Talas Beneng yang cukup besar di Samosir, KPNN membantu masyarakat Samosir mengembangkan tanaman itu," ujar Sekretaris KPNN, Dame Maria Manurung, di Desa Tanjungan, Samosir, Sabtu (26/8 2023).

Dia mengatakan itu di hadapan masyarakat, tokoh masyarakat, dan perangkat desa pada peresmian Rumah Produksi Talas Beneng "Natabo". Talas Beneng adalah talas yang besar dan koneng sehingga disingkat Beneng. 

Acara peresmian itu disaksikan Kepala Dinas Koperasi dan Ketahanan Pangan Samosir Tumior Gultom, Mangapul Sinaga Koordinator KPNN, Perangkat Desa Tanjungan, dan puluhan masyarakat Desa Tanjungan. 

KPNN merupakan koperasi yang didirikan oleh kumpulan orang Batak dengan tujuan koperasi itu akan menjadi wadah bagi para wanita untuk mengembangkan semangat wirausaha masyarakat di desa-desa di Pulau Samosir.  

KPPN diketuai oleh Magdalena Sitorus yang tinggal di Surabaya dan sekretaris KPNN Dame Maria Manurung, pemilik PT Bangun Sejahtera KYTa perusahaan yang saat ini bergerak di bidang produksi Jahe Merah KYTa.

Dame Maria Manurung menjelaskan, sejak berita Talas Beneng viral, KPNN melirik potensi tanaman tersebut untuk dibudidayakan di Pulau Samosir. 

Lalu, sejumlah anggota KPNN merangkul masyarakat di Desa Tanjungan untuk menanam Talas Beneng tersebut. KPNN pun menjalin kerja sama dengan PT Natabo, perusahaan yang mengelola Talas. 

"Kerja sama dengan PT Natobo untuk memastikan agar produksi Talas Beneng masyarakat tertampung seluruhnya," katanya. 
 
Kebun Talas Beneng. (ANTARA/HO-Dok Pribadi)

Dengan memastikan pasar penjualan diharapkan masyarakat bisa terus memproduksi Talas Beneng. "KPNN  berharap kerja sama dengan masyarakat di Desa Tanjungan Kecamatan Simanindo, Samosir berjalan baik agar bisnis tanaman itu berkelanjutan dengan baik," katanya.

Dengan hasil seperti itu, maka ekonomi masyarakat di kawasan Samosir terus bangkit dan otomatis juga mendorong pergerakan ekonomi  Samosir dan Tapanuli tengah.

PT Natabo sendiri telah mengeluarkan ratusan juta rupiah untuk rumah produksi Talas Beneng, rumah pengeringan dan sewa tanah selama 10 tahun di Desa Tanjungan.

“KPNN akan terus mengembangkan penanaman bibit Talas Beneng. Kami harap produksi Talas Beneng ini dapat mengembangkan taraf hidup masyarakat," ujar Dame Maria Manurung. 

Direktur PT Natabo, Edy, berharap investasi perusahaan itu bisa membantu  ekonomi Masyarakat dan daerah dan investasi perusahaan cepat kembali. "Kami bukan pengusaha kaya raya, tapi berkeinginan membantu masyarakat," katanya. 

Dia menuturkan, sebenarnya untuk keluarkan izin Perseroan Terbatas (PT) bisa hanya dengan modal Rp2 juta. 

"Jadi, siapapun sebenarnya bisa buat PT, tapi kami berharap petani sukses dengan serius menjalani kerja sama," ujar Edy saat merespon tanggapan masyarakat soal keberadaan PT Natabo.

Ia dan pemilik modal lainnya berharap masyarakat tidak berharap muluk-muluk soal keberadaan perusahaan. 

“Jujur, kami sebenarnya karena tidak mau jadi karyawan di perusahaan swasta terus. Makanya, kami gabung beberapa orang, kumpulin modal, dan lihat prospek Talas Beneng ini bagus, kami berinvestasi lewat PT Natabo," ujar Edy. 
Kepala Desa Tanjungan, Donatur Situmorang menyatakan hal senada. Dia berharap para petani, dan terlebih lagi para pekerja yang direkrut oleh PT Natabo dan KPNN benar-benar bekerja dengan baik sebagaimana mestinya. 

Harapan yang sama disampaikan Kepala Dusun III (lokasi rumah produksi dan pengeringan Talas Beneng), Mandapot Situmorang. Ia berharap keberadaan PT Natabo meningkatkan taraf hidup masyarakat di Desa Tanjungan.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Ferdy Sitohang menyatakan sikap mendukung keberadaan PT Natabo dan berharap perusahaan hanya mempekerjakan masyarakat di Desa Tanjungan.

Permintaan Ferdy Sitohang itu langsung dipastikan Edy dan Dame Maria Manurung. 

Edy menuturkan, PT Natabo merupakan perusahaan milik 4 pasang suami istri yang merupakan pengusaha muda dari Medan. Para pengusaha itu memilih untuk menginvestasikan modalnya di Talas Beneng karena melihat prospek tanaman itu yang cukup bagus. 

Dahulu, katanya, tanaman itu merupakan tanaman yang dianggap liar dan hanya dijadikan pangan ternak. Saat ini, Talas Beneng memiliki 16 produk turunan seperti daun talas untuk produk rokok herbal dan teh herbal.

Batang talas dapat digunakan untuk pakan ternak serta anyaman, umbi talas digunakan untuk olahan segar seperti pasta, talas beku, keripik dan olahan kering seperti tepung yang dapat digunakan untuk membuat mie, kue dan makanan bayi.

"Produk olahan Talas Beneng Samosir ditargetkan  diekspor seperti yang sudah dilakukan perusahaan lain di Medan," katanya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023