Jumlah penderita stunting (kekerdilan) di Medan, Sumut, dalam setahun terakhir turun menjadi 298 bayi lima tahun (balita).
 
"Pada bulan penimbangan balita di Februari lalu tercatat angka stunting kembali turun jadi 298 anak," ucap Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Taufik Ririansyah di Medan, Sabtu.
 
Penurunan ini, kata dia, juga dialami penderita stunting  di mana di Agustus 2022 tercatat 364 anak dari sebelumnya berjumlah sebanyak 550 balita pada bulan penimbangan di Februari tahun lalu.
 
Jika dilihat di Februari tahun lalu, prevalensi stunting di angka 0,46 persen, dan turun menjadi 0,31 persen di Agustus 2022.
 
"Di Februari 2023, angka prevalensi stunting kembali turun menjadi 0,19 Persen," kata dia sembari menyebut stunting merupakan kondisis gizi kronis karena kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang cukup lama.

Baca juga: Kasus stunting di Simalungun berkurang
 
Taufik juga menjelaskan penurunan kekerdilan di Ibukota Provinsi Sumatera Utara ini berkat program dan upaya serius Wali Kota Medan Bobby Nasution dalam penanganan stunting.
 
Di antaranya delapan program aksi integrasi penanganan stunting, lalu membentuk tim percepatan penurunan stunting Kota Medan hingga bapak asuh anak stunting (Baas).
 
Program Baas melibatkan berbagai elemen mulai Pemkot Medan, unsur Forkopimda dan pihak swasta yang langsung menyasar penderita stunting.
 
Selain kebijakan anggaran, Pemkot Medan juga merencanakan 15 program, 16 kegiatan dan 29 sub kegiatan berkolaborasi perangkat daerah dan pihak kecamatan.
 
Pemkot Medan juga telah menggelar rembuk stunting mulai dari tingkat kecamatan sampai dengan tingkat Kota Medan.
 
"Jadi terdapat lima program atau inovasi yang telah dilakukan oleh Pemkot Medan dalam menurunkan angka stunting ini," ungkap Taufik.

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023