Tidak seperti beberapa tahun sebelumnya. Tradisi 'marpangir' menyambut Ramadan di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara sudah mulai di tinggal warga masyarakat.

"Dulu ya, sekarang masyarakat sudah mulai meninggalkan tradisi itu," Ustadz Henri Harahap, juga Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tapsel di Sipirok, Selasa (21/3).

Menurutnya, terkikis-nya tradisi mandi pangir (marpangir-red) menyambut Ramadan di daerah itu dikarenakan warga masyarakat menyadari tidak begitu memberi manfaat besar.

"Biasa akhir pekan jelang memasuki ramadan lokasi pemandian seperti Sungai-sungai banyak di datangi warga untuk mandi pangir. Parahnya bukan bersama muhrim-nya," ujarnya.

Oleh karenanya, Ustadz Henri, menyambut baik tradisi 'marpangir' yang mulai tinggal tersebut, namun Ia berharap tradisi itu di ganti dengan memperbanyak amal.

Senada dengan Ketua Forum Komunikasi Antar Lembaga Adat (Forkala), Sori Muda Harahap, mengatakan mulai terkikis-nya tradisi 'marpangir' tidak lepas atas kemajuan.jaman.

"Kesibukan dunia maya menggunakan media sosial seperti FB, IG, WA, dan lainnya itu cukup memengaruhi sehingga tradisi marpangir itu mulai tertinggal, di samping manfaat positifnya juga dinilai tidak ada banyak," katanya.

Pun demikian, Smsalah satu warga penduduk Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan, Ranto Harahap, mengatakan Ia dan keluarga masih tetap mengadakan acara menyambut Ramadan.

"Seperti biasa menyambut Ramadan, kami dan keluarga selalu ada acara. Hanya saja tidak mandi pangir yang mengandung rempah-rempah namun pakai shampo, sambil makan-makan di pinggir sungai," ujarnya.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023