Wali Kota Medan Bobby Nasution menerima Anugerah Kebudayaan PWI 2023, setelah dinilai sukses mengembangkan sandang adat menjadi fesyen sehari-hari melalui digitalisasi sandang adat gaya Medan.

Saat presentasi di depan tim juri terdiri atas para wartawan senior, akademisi, pengamat kebudayaan dan seni di PWI Pusat beberapa waktu lalu, Bobby memaparkan Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.460.858 jiwa.

Sebagai kota terbesar ketiga, ibu kota Provinsi Sumatera Utara ini menjadi salah satu pusat pertumbuhan di negeri ini, termasuk sandang atau mode kekinian.

Wali kota yang merupakan lulusan S2 Fakultas Manajemen dan Bisnis - Institut Pertanian Bogor tersebut melihat peluang di bidang sandang dan memutuskan untuk mengembangkannya.

Sebab miliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi bagi pelaku usaha kecil dan menengah maupun masyarakat pada umumnya. 

Bobby sendiri pun datang ke PWI di Jakarta dengan mengenakan pakaian adat Batak sembari menyebut Medan merupakan kota multikultural, memiliki suku dan adat beragam. "Pakaian adat di Medan begitu banyak jenisnya," katanya.

Tetapi pakaian itu hanya dikenakan saat upacara adat saja. Padahal, pakaian adat ini tidak perlu menunggu upacara adat baru dikenakan.
 

Wali Kota Medan Bobby Nasution saat presentasi di kantor PWI Pusat Jakarta. (ANTARA/HO-Diskominfo Kota Medan)


"Pakaian adat itu mestinya bisa dikembangkan menjadi busana sehari-hari dan digunakan kapan saja sesuai dengan selera jaman 'now'," ujar Bobby.

Fakta di lapangan inilah menunjukkan kain adat, baik ulos maupun songket diproduksi secara tradisional dengan jumlah terbatas kurang memberi dampak bagi perajin kain adat.

Atas kondisi itu yang mendorong suami Kahiyang Ayu, putri Presiden Joko Widodo mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis kearifan lokal.

"Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, kami berupaya meningkatkan ekonomi kerakyatan berbasis kearifan lokal," tutur Wali Kota Medan.

Saka Sanwira

Salah satu upayanya melalui program satu kelurahan satu sentra kewirausahaan (Saka Sanwira) kini tengah dikembangkan OPD terkait dengan sasaran UMKM dan perajin binaan Dekranasda Kota Medan.

Pelaku UMKM dan perajin binaan Dekranasda di bidang sandang diberikan wadah mengembangkan fesyen dengan pemanfaatan ekonomi digital. Pemkot Medan mendukung promosi potensi keunikan dan keunggulan di bidang sandang.

Berbasis kearifan lokal, seperti pewarnaan kain adat, pewarna alami dari buah, daun, kulit, dan bunga mangrove untuk batik. Pewarna alami juga digunakan untuk motif kain, pakaian, tas dan produk-produk hasil kerajinan lainnya.
 

Istri Wali Kota Medan Kahiyang Ayu di tengah kain ulos Medan yang sudah dikembangkan menjadi pakaian. (ANTARA/HO-Diskominfo Kota Medan)


Yang Lokal Yang Juara

Pemkot Medan tidak hanya mengembangkan produknya, tetapi juga pemasarannya. Bobby memanfaatkan memanfaatkan platform digital, seperti Tokopedia, Gojek, Shopee Medan dan lainnya.

Kerja sama Tokopedia, misalnya dilakukan melalui kampanye "Yang Lokal Yang Juara", sedangkan dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) dalam pemberdayaan usaha kecil dan menengah.

"Saya telah mewajibkan pegawai negeri di lingkungan Pemerintahan Kota Medan untuk mengenakan pakaian dinas harian khas daerah pada setiap Jumat," tegas Bobby.

Kebijakan ini diambil dengan harapan dapat meningkatkan penjualan pelaku UMKM di Kota Medan, khususnya kain ulos dan songket merupakan ciri khas Medan.

Usaha mengembangkan ulos dan songket untuk pakaian siap pakai, tas, sepatu dan aksesoris mulai memberikan hasil. Sandang asal Medan kini mulai tampil di panggung fesyen nasional, dan siap ke mancanegara.

Berbekal kearifan lokal Wali Kota Bobby telah  mengembangkan sandang di daerahnya yang berbasis digital ala Medan.

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023