Dokter spesialis kandungan Dr dr Muhammad Alamsyah SpOG mengingatkan remaja khususnya siswa jenjang SMP maupun SMA untuk mengurangi jajanan yang tinggi dengan kandungan gula.
“Kalau kita lihat dalam beberapa waktu terakhir, banyak minuman kekinian tinggi gula yang dikonsumsi remaja seperti boba, teh instan, dan martabak dengan topping kental manis dengan jumlah banyak. Tanpa disadari, terlalu sering mengkonsumsi makanan dengan kandungan gula tinggi berdampak buruk bagi tubuh di kemudian hari,” ujar Alamsyah dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Oleh karena itu, dia meminta remaja agar mengurangi konsumsi gula hariannya. Tak hanya gula, tetapi juga garam dan lemak. Jajanan dengan kandungan tinggi gula, garam, dan lemak juga berpotensi menyebabkan berbagai penyakit mulai penyakit tidak menular, penyakit degeneratif serta kesehatan reproduksi. Indonesia pada tahun 2030 memiliki target ibu hamil terbebas penyakit serta target pencapaian Indonesia Emas 2045.
“Pada 2030, kita punya target ibu hamil terbebas penyakit. Ini sejak remaja sudah harus disosialisasikan agar terbebas dan kita bisa mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045 mendatang," kata dia.
Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat mengatakan generasi muda senang untuk mengkonsumsi makanan dan minuman kekinian terutama yang manis. Namun, mereka tidak sadar akan bahaya dari apa yang mereka konsumsi di masa mendatang.
Sebagai contoh, saat ini bagi sejumlah remaja, minum kopi setiap hari sudah bukan lagi suatu kebiasaan, namun sudah menjadi gaya hidup. Hal itu juga didukung dengan bertambahnya jumlah kedai kopi kekinian secara drastis.
Salah satu menu kopi yang kini sangat mudah dijumpai dan disukai oleh banyak orang adalah kopi susu. Minuman itu memadukan rasa pahit, gurih, dan manis yang membuatnya sangat disukai. Satu cangkir kopi susu kekinian mengandung kalori sebesar 220 kkal dan 25 gram gula. Kandungan kalori dan gula tersebut cukup tinggi untuk satu porsi minuman.
"Masih banyak remaja terutama siswa yang ternyata belum paham mengenai kandungan gula yang terdapat pada minuman manis. Hal ini dikarenakan rendahnya literasi terkait gizi yang remaja belum ketahui,” kata Arif.
Kepala Sekolah SMAN 1 Bandung Tuti Kurniawati, SPd MPd menyambut baik edukasi gizi yang ditujukan untuk seluruh siswa di lingkungan sekolahnya. Tuti juga mengingatkan pentingnya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membiasakan kebiasaan hidup sehat di kalangan remaja.
“Lingkungan sekolah yang kondusif akan pengaruh positif pada kebiasaan makan generasi saat ini,” kata Tuti.
Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia pada akhir 2021 juga merilis terjadi peningkatan diabetes pada anak dan remaja. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik utama pada anak yang sifatnya kronis dan potensial mengganggu tumbuh kembang anak.
Pada anak dikenal 2 jenis diabetes yang paling banyak dijumpai, yaitu DM tipe-1 dengan jumlah kadar insulin rendah akibat kerusakan sel beta pankreas dan DM tipe-2 yang disebabkan oleh resistensi insulin, walaupun kadar insulin dalam darah normal.
Faktor penyebab utama DM tipe-1 adalah faktor genetik dan autoimun, sedangkan pada DM tipe-2 biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan kegemukan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023