Upaya Pemprov Sumut untuk menekan prevalensi stunting dari angka 25,8 persen saat ini menjadi 14 persen di 2024 diikuti pemerintah kabupaten/kota seperti Kota Pematangsiantar. 

Meski angka stunting di Siantar tergolong rendah, tetapi pemkot terus berupaya menekan. 

Kepala Bidang Keluarga Sejahtera Dinas Pengendalian Kependudukan Keluarga Berencana Pematangsiantar, Saljon Nainggolan, di Siantar, pekan lalu, mengatakan, angka stunting di kota itu masih berada di angka 15 persen. 

Angka itu masih di atas yang diharapkan pemerintah sebesar 14 persen di 2024.

"Yang pasti, Pemkot Siantar menargetkan angka stunting bisa turun menjadi 8,8 persen pada 2024," katanya ketika berdiskusi dengan wartawan dari Forum Wartawan Pemprov Sumut bersama tim Diskoninfo Sumut yang dipimpin Iwan Siregar. 

Untuk menekan angka stunting itu, kata Saljon Nainggolan, Pemkot Siantar menjalankan berbagai program, salah satunya Program Orang Tua Asuh dimana saat ini sudah ada sebanyak 186 bayi stunting yang upaya pemulihannya akan dibiayai oleh orang tua asuh. 

Orang tua asuh itu berasal dari pengusaha yang ada di Kota Pematangsiantar. 

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, Anna Rosita Saragih, menyebutkan, penyebab tingginya angka stunting salah satunya adalah kurang tahunya orang tua dalam perawatan anak sejak di dalam kandungan hingga usia 1.000 hari pertama. 

Kemudian ditambah, kurangnya kader penyuluh di posyandu.

Saat ini di Siantar ada 249 posyandu dengan rata-rata hanya lima orang kadernya. Jumlah itu tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang disuluh.

Minimnya penyuluh di Posyandu, kata dia, tidak terlepas dari honor yang rendah atau hanya Rp50 ribu per bulan.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022