"Kemajuan teknologi didasarkan bagaimana membuatnya cocok sehingga anda tidak benar-benar menyadarinya, hingga menjadi bagian keseharian dalam hidup", sebut William Henry 'Bill' Gates III, seorang tokoh bisnis, investor, filantropis, pendiri Microsoft, serta penulis asal Amerika Serikat.

Setidaknya, ungkapan ini mewakili produk-produk kemajuan teknologi yang memberikan beragam kemudahan dalam melakukan transaksi, tak terkecuali sistem pembayaran digital atau "digital payment".

Teknologi pembayaran digital telah memungkinkan siapa saja yang memiliki perangkat pintar untuk melakukan transaksi dengan mudah dan aman, baik melalui daring maupun secara luring.

Sisi inovasi dan strategi komunikasi efektif demi meningkatkan akseptansi dan literasi masyarakat undigitized terhadap sistem pembayaran digital menjadi hal penting dalam memasyarakatkan pemahaman akan keberadaan sistem digital dimaksud.

Bagaimana mewujudkan asa dan harapan-harapan yang mampu mengasah dan mempertajam rasa serta keinginan untuk lebih memahami keberadaan sistem pembayaran digital yang memberikan beragam kemudahan dalam bertransaksi, harus dilakukan.

Menurut Satika Simamora, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, teknologi pembayaran digital dan transaksi ekonomi sudah berkembang pesat seiring meningkatnya minat masyarakat dalam berbelanja secara daring atau belanja online.

Aktivitas tersebut, kata Satika, terlihat jelas di tengah masyarakat yang ada di ibukota kabupaten hingga warga yang berada di kota-kota di wilayah kecamatan.

Namun, untuk masyarakat pedesaan, apalagi yang berada di pelosok-pelosok, hal tersebut masih terkendala akan ketersediaan jaringan internet sebagai penunjang utama keberlangsungan aktivitas dimaksud.

"Tidak sedikit masyarakat kita yg lebih memilih melakukan pembayaran tunai sebagai kebiasaan dan latar belakang masyarakat yang sebagian besar masih belum terjamah dengan produk-produk perbankan seperti sistem pembayaran digital," ujar Satika, Senin (27/6).

Memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk membuka diri atas keberadaan teknologi baru seperti sistem pembayaran digital akan menjadi langkah selanjutnya yang harus diterapkan.

Imbuh Satika, masih rendahnya jangkauan teknologi informasi, serta minimnya infrastruktur penunjang juga menjadi salah satu penyebab utama timbulnya kendala akseptansi penerapan sistem.

Sebab, penerapan sistem pembayaran digital hanya akan menjadi mimpi kalau jaringan internet saja tidak tersedia sampai pelosok, terlebih para pelaku UMKM justru masih banyak yang berdomisili di pelosok desa.

"Nah ini dulu yang perlu dibenahi, yang namanya infrastruktur dan jaringan internet itu seharusnya sampai ke pelosok baru kemudian aplikasi yang ada dapat disosialisasikan," terangnya.

Memperbanyak jenis transaksi yang mampu diakomodir dalam sistem pembayaran digital juga diyakini menjadi poin nilai pengembangan transaksi ke arah yang lebih kompleks hingga mencakup pembiayaan dan asuransi. 

Misalnya, daripada meminta pelanggan membayar suatu produk, pedagang dapat menawarkan pinjaman atau menyebarkan pembayaran dalam jangka waktu yang lebih lama.

Lanjut Satika, memang masih ada saja masyarakat yang merasa tidak nyaman dengan sistem pembayaran digital yang dinilai masih sarat akan isu keamanan, hingga memutuskan untuk tetap menjadikan uang tunai sebagai primadona alat transaksi pembayaran secara langsung.

Namun, di sisi lain pun tak dapat dipungkiri, bahwa di tengah perkembangan teknologi yang kian canggih, juga semakin besarnya nilai transaksi, serta semakin tingginya resiko yang akan dihadapi menempatkan sistem pembayaran digital menjadi hal yang sangat dibutuhkan.

"Dan utamanya, saat aplikasi memang terbukti mudah, aman, dan lancar. Hal tersebut akan menjadi jaminan atas keberhasilan sistem pembayaran tersebut," imbuhnya.

Sisi keamanan bertransaksi, kata Satika, menjadi hal penting mengingat banyaknya informasi akan dana yang tiba-tiba menghilang, dan sebagainya.

"Ini juga sangat memengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat, khususnya dalam penggunaan sistem pembayaran digital ini. Apalagi, jika pelaku transaksi hanya menggunakannya untuk kebutuhan berbelanja saja," jelasnya.

Dalam hal ini, penerapan manajemen identitas dan enkripsi menjadi sangat penting pada setiap transaksi pembayaran untuk memastikan keamanan data pelanggan di setiap transaksi.

Demikian halnya, menggabungkan otentikasi biometrik akan menambah lapisan keamanan ekstra pada transaksi dan membantu memastikan bahwa hanya pengguna yang berwenang yang dapat melakukan pembayaran.

Harapannya, keberhasilan sistem dengan nilai keamanan bertransaksi yang terpenuhi akan sangat mendukung perkembangan sistem keuangan dan perbankan guna menciptakan kestabilan perekonomian di tengah masyarakat.

Terkait langkah dan upaya dalam memasyarakatkan sistem pembayaran digital, Kepala Bank Rakyat Indonesia Cabang Tarutung, Hendro juga mengungkapkan, pihaknya telah memberikan pemahaman akan manfaat dan keberadaan "digital payment" dengan beragam jenis aplikasi seperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), Pasar.id, LinkAja, serta aplikasi Pasar Rakyat Indonesia (PARI).

"Kami upayakan bagi para nasabah itu, supaya bisa terpasang ini (QRIS). Seandainya dia memiliki usaha, nantinya transaksinya bisa dikembangkan," sebutnya.

Disebutkan, pada aplikasi pasar.id, setiap orang dimungkinkan untuk belanja secara daring.

"Setiap orang nggak perlu belanja ke pasar, klik aja pasar.id, selanjutnya klik Tarutung, ada di sana," urainya.

Dikatakan, untuk nilai transaksi se Sumatera Utara, volume transaksi dalam pelayanan BRI Cabang Tarutung yang membawahi wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbanghasundutan membukukan nilai yang paling besar.

Dan hingga saat ini, pihaknya telah memfasilitasi sebanyak lebih kurang lima ribu pengguna manfaat aplikasi QRIS yang merupakan nasabah BRI Cabang Tarutung.

Kata Hendro, nilai antusiasme masyarakat dalam pemanfaatan sistem pembayaran digital di lingkungan pelayanannya masih terbilang rendah, sehingga hal tersebut tetap didorong dengan memandu pemahaman nasabah sejak awal membuat rekening banknya.

"Soal antusiasme sih sebenarnya masih kurang. Kami yang mendorong. Tapi, ketika nasabahnya pun mengaku tak memiliki android, itu jadi kendalanya," tukasnya.

Merawat serta melengkapi asa juga mengasah rasa dan keinginan akan kemajuan teknologi atas beragam produknya seperti sistem pembayaran digital akan menjadi poin utama inovasi dan strategi komunikasi yang efektif demi meningkatkan akseptansi dan literasi masyarakat undigitized terhadap sistem pembayaran digital.


*Artikel ini diikutkan dalam lomba karya tulis di lingkungan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga.

Pewarta: Rinto Aritonang

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022