Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I Medan menduga ada kartel dalam penentuan tarif tiket penerbangan dari dan ke Bandara Kualanamu termasuk ferry penyeberangan Batam ke Singapura dan Malaysia.

Kepala Kanwil KPPU Medan, Ridho Pamungkas, di Medan, Minggu, mengatakan, meski Lion Grup dan Air Asia menyebutkan bahwa harga tiket penerbangan dari dan ke Bandara Kualanamu mahal akibat harga avtur naik.

Namun KPPU terus menyelidiki kemungkinan ada kartel dalam penetapan tarif penerbangan itu.

Termasuk, katanya, menyangkut tiket ferry yang melayani pelayaran Batam - Singapura.

Kartel adalah kesepakatan antaroperator untuk sama-sama menaikkan harga agar memaksimalkan keuntungan.

Perilaku kartel jelas dilarang sehingga harus dihentikan, katanya.

Menurut Ridho, indikasi kesepakatan di antara operator di balik mahalnya tiket ferry Batam-Singapura, antara lain ada pernyataan dari salah satu manajer operasional operator ferry yang membenarkan bahwa selama ini pihaknya memang menggunakan BBM yang dibeli dari Singapura.

Alasan tersebut yang akhirnya membuat kesepakatan antara operator dalam menaikkan harga tiket untuk menutupi biaya operasional.

Kedua, meski pun ada kesepakatan untuk menurunkan harga tiket di antara operator dari Rp800.000 menjadi Rp 700.000, namun harganya masih mahal dan bisa jadi tarif yang terbentuk hasil kesepakatan secara sepihak oleh operator.

Ridho mengatakan, kartel akan berdampak terhadap harga jasa yang dibayar konsumen jauh di atas harga kompetitifnya.

Akibatnya, masyarakat akan berpikir ulang untuk melakukan perjalanan, baik untuk bisnis maupun wisata.

"Kondisi itu tentunya akan berdampak cukup signifikan bagi pemulihan ekonomi Sumut maupun Batam usai pandemi COVID-19," katanya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022