Ilmuwan dari Institut Ridwan Hisjam (IRH) Joko Ahmad Sampurno mengatakan telah menciptakan empat alat yang bisa membantu protokol kesehatan 3M dan kegiatan vaksinasi untuk bisa menghentikan pandemi COVID-19.

"Dua tahun ini kita belum bisa menghentikan COVID-19 dan muncullah gelombang ketiga. Oleh karena itu, kita menawarkan kepada negara sebuah solusi. Jadi tidak hanya 5M dan vaksin, tapi dengan teknologi pembasmi,” kata Joko dalam Seminar dan Launching Ilmu Teknologi Basmi COVID-19 Solusi untuk Negeri dan Dunia yang diikuti di Jakarta, Rabu.

Joko yang juga menjadi salah satu ahli yang tergabung dalam Asosiasi G5.0 Indonesia itu menuturkan, sebelum mematikan virus SARS C0V-2 penyebab COVID-19, Indonesia perlu melumpuhkan spike atau jari-jari yang mengandung protein di sekitar tubuh virus tersebut.

Guna menghancurkan kandungan protein pada jari-jari di sekitar tubuh virus itu, ada empat teknologi pembasmi COVID-19 yang diciptakan, yakni Eukalyptus Machine Air (EMA) yang menggunakan bahan Ceniol Eukalyptus (sejenis alkohol dari daun Eukalyptus) dan aman digunakan baik dalam ruangan maupun kendaraan.

Alat itu diproduksi lewat bantuan PT. Telsis Indonesia. Kemudian ada Artifiial Intelligence Respirasi Paru-Paru (AIRPP) atau sebuah kecerdasan buatan respirasi paru-paru. Joko menyebutkan kapasitas paru-paru yang digunakan manusia hanya sekitar 15 persen saja.

Apabila terkena COVID-19 maka kapasitas itu akan turun menjadi 5 persen. Dengan alat itu, paru-paru dapat menyerap oksigen hingga 50 persen dan membantu membuang atom dalam darah agar tidak terjadi pengentalan darah.

Ilmuwan dari Institut Ridwan Hisjam (IRH) Joko Ahmad Sampurno dalam Seminar dan Launching Ilmu Teknologi Basmi COVID-19 Solusi untuk Negeri dan Dunia yang diikuti di Jakarta, Rabu (9/3/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Ketiga ada Humiduty Machine Reducer (HMR) atau teknologi pemburu dan pembunuh COVID-19 pengganti ultraviolet matahari di dalam ruangan yang bekerja pada molekul air di udara atau kelembaban udara.

Keempat adalah Program Zero Mortalitas Medis Anti COVID-19 (PZMM) yang dikembangkan melalui teknologi fisika, kimia, biologi dan kedokteran yang dapat mencegah bertambahnya korban jiwa di rumah sakit.

"Jika kelembaban udara itu semakin tinggi, molekul air di udara lebih besar dari COVID-19. Pada saat molekul lebih besar, maka akan ditumpangi COVID-19 dan kita makhluk hidup. Jadi percuma kalian di sana, saya di sini itu tetap kena terhadap penularan lewat kelembaban udara,” kata Joko.

Anggota Komisi VII DPR RI dari Partai Golkar Ridwan Hisjam mengatakan pemerintah akan melakukan pemantauan terlebih dahulu untuk mengetahui potensi alat-alat tersebut sebelum melakukan produksi massal.

Ridwan mengatakan bahwa dari pihak DPR RI, akan terus memberikan dukungan bagi anak bangsa yang sigap dan kreatif menciptakan berbagai inovasi untuk menuntaskan pandemi COVID-19.

"Pandemi tidak bisa dilawan, tapi harus dibunuh dan dikejar. Kalau cuma dicegah akan jadi panjang, bukan Indonesia tapi juga dunia. Kita di sini mengharapkan pemerintah akan mengantisipasinya ke depan dengan peralatan yang sedang dikembangkan ini,” kata dia.

Dalam seminar itu disebutkan bila keempat teknologi itu, sudah diperkenalkan ke 60 negara termasuk Arab Saudi, Turki dan India juga pemerintah Indonesia dalam bentuk buku guna mempercepat usainya pandemi COVID-19.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022