Pabrikan karet di Sumatera Utara masih kesulitan mendapat pasokan bahan baku akibat musim gugur daun masih melanda, meski dalam beberapa hari terakhir curah hujan cukup tinggi. 

"Musim gugur daun sudah terjadi sejak pertengahan Februari dan diperkirakan berlangsung hingga April," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Senin. 

Gugur daun yang terjadi adalah gugur daun alami atau gugur daun primer yang merupakan proses alami. 

Secara fisiologi, katanya, tanaman menggugurkan daunnya untuk mengantisipasi ketersediaan atau kebutuhan air tanaman yang selalu terjadi pada musim kemarau.

Edy menjelaskan, persentase gugur daun tanaman karet, bervariasi tergantung lokasi dan jenis klon karetnya.

"Pada saat pohon karet mengalami gugur daun 100 persen, produksi lateks hanya sekitar 30 persen dari keadaan normal," ujar Edy. 

Penurunan tertinggi terjadi pada saat pembentukan daun muda. 

"Gugur daun di Sumut diperkirakan akan berakhir pada April sehingga pabrik pengolahan karet masih tetap akan kesulitan bahan baku," katanya. 

Akibat kesulitan bahan baku  pabrik karet mengurangi "shift" produksi dari dua kali menjadi satu kali sehari. 

Kesulitan mendapatkan bahan baku ditambah dampak semakin berkurangnya luasan areal tanaman karet karena petani beralih ke tanaman lain. 

Edy mengakui, berkurangnya produksi, mendorong peningkatan pembelian dan termasuk harga jual. 

Harga karet ekspor berkisar 1,806 dolar AS per kilogram dan diperkirakan bisa meningkat karena pasokan ketat. 

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022