Persatuan Olahraga Biliar Indonesia (POBSI) berharap perseteruan mantan pelatih biliar Khairuddin Aritonang alias Coki dengan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi berakhir secara kekeluargaan.

"Seharusnya bisa cepat diredam seandainya semua pihak bisa dengan kepala dingin menyikapinya," ujar Ketua POBSI Sumut Salomo Pardede, Rabu (5/1).

Menurut dia, tindakan Edy Rahmayadi terhadap Coki merupakan bentuk kedekatan antara Ayah dengan anak, namun Coki menanggapi dengan serius.

Baca juga: Medan juara umum kejuaraan taekwondo Sumut 2021

"Saya tidak membela pak gubernur tapi kalau kita jujur gaya dan style kepemimpinan Edy Rahmayadi memang begitu, kita harus maklum," tutur mantan anggota DPRD Sumut ini.

Bahkan kata Salomo, Edy Rahmayadi sudah mengatakan bahwa aksi pegang kuping tersebut merupakan jewer sayang dan dia juga pasti tidak menyangka persoalannya panjang dan melebar kemana-mana hingga sekarang.

Lagi pula kata Salomo upaya mediasi sudah dilakukan KONI Sumut dan POBSI Sumut kepada Coki agar persoalan tersebut tidak terlalu diangkat ke permukaan, namun Coki tetap dengan pendiriannya membawa ke ranah hukum

Kemudian kata Salomo, posisi Coki sebagai pelatih Biliar Sumut telah berakhir semenjak berakhirnya pelaksanaan PON Papua. "Dia diangkat sebagai pelatih mulai dari persiapan hingga berakhir PON Papua. Hal itu sesuai dengan SK dari KONI Sumut," kata Salomo.

Terkait laporan ke polisi, Salomo mengatakan itu atas inisiatif Coki dan tidak pernah berkonsultasi dengan POBSI Sumut. Namun Salomo mempersilahkan jalur hukum yang ditempuh Coki karena itu adalah hak yang bersangkutan.

Seperti diketahui mantan Coki pelatih biliar kontingen Sumut PON Papua XX melaporkan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi ke polisi karena merasa dipermalukan di depan umum.

Pewarta: Andika Syahputra

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022