Marshanda mengutarakan perspektifnya mengenai “Seni Memaafkan Masa Lalu dan Berdamai dengan Diri” dan bagaimana ia memetik berbagai pelajaran berharga lewat proses-proses yang telah dilewati dalam puncak perayaan Festival Pulih pada 27 November 2021. Aktris ini mengutarakan beberapa pandangannya tentang belajar berdamai dengan masa lalu, dikutip dari keterangan resmi, Minggu.
Pengalaman buruk di masa lalu
Pengalaman buruk di masa lalu tak jarang meninggalkan bekas yang sulit dilupakan. Semakin kita berusaha untuk meninggalkannya, kenangan buruk itu justru malah semakin tertanam di dalam benak dan pikiran kita. Memaafkan masa lalu dan berdamai dengan diri merupakan sebuah pencapaian tersendiri bagi mereka yang pernah mengalami trauma dan luka batin. Marshanda adalah salah satunya. Beberapa tahun silam, perempuan yang akrab disapa Caca itu mengaku kalau dirinya bahkan mengalami perseteruan dengan ibunya sendiri.
Pada 2009, Marshanda didiagnosis mengidap bipolar, sebuah gangguan mental yang berhubungan dengan perubahan suasana hati, mulai dari posisi terendah atau yang biasa disebut sebagai depresif, hingga tertekan ke posisi tertinggi atau yang biasa disebut mania. Marshanda menyatakan bahwa ia membutuhkan waktu hingga empat tahun untuk bisa mengakui bahwa dirinya memiliki bipolar. Ia sempat berada di masa penolakan. Hingga pada akhirnya, Marshanda bisa menerima kenyataan itu dan rajin kontrol ke psikiater, sehingga gangguan bipolar yang dialaminya bisa berangsur stabil.
Mengemban misi yang besar
“Bipolar ini, menurut para dokter dan psikiater di dunia, adalah sebuah disorder yang tak bisa disembuhkan. Sekarang pun aku masih ada gangguan itu, tapi karena sudah belajar menerima dan berdamai dengan keadaan, aku bisa tenang ketika tendensi buat kambuh,” ungkap Marshanda.
Satu-satunya cara paling efektif agar gangguan tersebut tidak menjadi gangguan yang berbahaya, Marshanda mengungkapkan, adalah dengan mengatur emosi. Marshanda menegaskan bahwa mengatur emosi yang ia maksud tidak dilakukan dengan melawan emosi negatif.
“Jangan dilawan, diterima dan diidentifikasi saja: emosi apa yang sedang kita rasakan? Mengapa? Namun, akal sehat harus tetap kita dahulukan dan berjanji pada diri sendiri untuk terus berbenah diri menjadi lebih baik,” terangnya.
Perempuan kelahiran 1989 ini juga merasa bahwa tantangan dan kesulitan yang dirinya hadapi selama ini tidak hadir tanpa alasan. “Banyak yang kirim DM, 'Tadinya gue hampir bunuh diri, tapi saat lihat YouTube lo, gue urungkan niat itu.' Aku percaya ini misi besar, jadi aku merasa berkewajiban untuk share pengalamanku ke lebih banyak orang," ujar Marshanda tegas.
Memanusiakan perasaan sendiri
Menjawab pertanyaan seorang peserta tentang penyakit bipolar yang juga ia idap, Marshanda menegaskan beberapa hal yang perlu dilakukan.
“Lakukan riset sebanyak mungkin, ketahui lebih banyak hal tentang bipolar, pahami karakter bipolarmu juga secara personal karena bipolar yang aku miliki, misalnya, tidak selalu sama dengan bipolar yang pun kamu derita. Kenali hal-hal apa saja yang menjadi trigger."
"Kalau aku pribadi, saat kurang tidur lebih tepatnya, aku akan lebih mudah merasa gelisah, panik, ketika ada suara yang berisik. Kalau aku yang dulu, aku akan menolak perasaan tidak sukaku dan berpikir, 'Ini, nih, gejala orang bipolar.' Kalau sudah tau dan lebih sadar, aku akan embrace perasaan itu dan menyatakan bahwa perasaan itu valid.”
Manusiakan perasaan kita sendiri karena hal tersebut berarti bentuk lain dari self-love. Rutinlah bermeditasi, perkaya pengetahuan, berbagilah ke orang-orang yang memang membuat kita nyaman, ketahui apa yang menjadi titik kuat dan lemah kita agar kita pun bisa menjadi semakin mawas diri.
Marshanda berpesan, “Yang terpenting, carilah bantuan dari profesional apabila kamu merasa kamu sudah membutuhkannya, terlebih ketika produktivitasmu jadi terganggu karena hal tersebut.”
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Pengalaman buruk di masa lalu
Pengalaman buruk di masa lalu tak jarang meninggalkan bekas yang sulit dilupakan. Semakin kita berusaha untuk meninggalkannya, kenangan buruk itu justru malah semakin tertanam di dalam benak dan pikiran kita. Memaafkan masa lalu dan berdamai dengan diri merupakan sebuah pencapaian tersendiri bagi mereka yang pernah mengalami trauma dan luka batin. Marshanda adalah salah satunya. Beberapa tahun silam, perempuan yang akrab disapa Caca itu mengaku kalau dirinya bahkan mengalami perseteruan dengan ibunya sendiri.
Pada 2009, Marshanda didiagnosis mengidap bipolar, sebuah gangguan mental yang berhubungan dengan perubahan suasana hati, mulai dari posisi terendah atau yang biasa disebut sebagai depresif, hingga tertekan ke posisi tertinggi atau yang biasa disebut mania. Marshanda menyatakan bahwa ia membutuhkan waktu hingga empat tahun untuk bisa mengakui bahwa dirinya memiliki bipolar. Ia sempat berada di masa penolakan. Hingga pada akhirnya, Marshanda bisa menerima kenyataan itu dan rajin kontrol ke psikiater, sehingga gangguan bipolar yang dialaminya bisa berangsur stabil.
Mengemban misi yang besar
“Bipolar ini, menurut para dokter dan psikiater di dunia, adalah sebuah disorder yang tak bisa disembuhkan. Sekarang pun aku masih ada gangguan itu, tapi karena sudah belajar menerima dan berdamai dengan keadaan, aku bisa tenang ketika tendensi buat kambuh,” ungkap Marshanda.
Satu-satunya cara paling efektif agar gangguan tersebut tidak menjadi gangguan yang berbahaya, Marshanda mengungkapkan, adalah dengan mengatur emosi. Marshanda menegaskan bahwa mengatur emosi yang ia maksud tidak dilakukan dengan melawan emosi negatif.
“Jangan dilawan, diterima dan diidentifikasi saja: emosi apa yang sedang kita rasakan? Mengapa? Namun, akal sehat harus tetap kita dahulukan dan berjanji pada diri sendiri untuk terus berbenah diri menjadi lebih baik,” terangnya.
Perempuan kelahiran 1989 ini juga merasa bahwa tantangan dan kesulitan yang dirinya hadapi selama ini tidak hadir tanpa alasan. “Banyak yang kirim DM, 'Tadinya gue hampir bunuh diri, tapi saat lihat YouTube lo, gue urungkan niat itu.' Aku percaya ini misi besar, jadi aku merasa berkewajiban untuk share pengalamanku ke lebih banyak orang," ujar Marshanda tegas.
Memanusiakan perasaan sendiri
Menjawab pertanyaan seorang peserta tentang penyakit bipolar yang juga ia idap, Marshanda menegaskan beberapa hal yang perlu dilakukan.
“Lakukan riset sebanyak mungkin, ketahui lebih banyak hal tentang bipolar, pahami karakter bipolarmu juga secara personal karena bipolar yang aku miliki, misalnya, tidak selalu sama dengan bipolar yang pun kamu derita. Kenali hal-hal apa saja yang menjadi trigger."
"Kalau aku pribadi, saat kurang tidur lebih tepatnya, aku akan lebih mudah merasa gelisah, panik, ketika ada suara yang berisik. Kalau aku yang dulu, aku akan menolak perasaan tidak sukaku dan berpikir, 'Ini, nih, gejala orang bipolar.' Kalau sudah tau dan lebih sadar, aku akan embrace perasaan itu dan menyatakan bahwa perasaan itu valid.”
Manusiakan perasaan kita sendiri karena hal tersebut berarti bentuk lain dari self-love. Rutinlah bermeditasi, perkaya pengetahuan, berbagilah ke orang-orang yang memang membuat kita nyaman, ketahui apa yang menjadi titik kuat dan lemah kita agar kita pun bisa menjadi semakin mawas diri.
Marshanda berpesan, “Yang terpenting, carilah bantuan dari profesional apabila kamu merasa kamu sudah membutuhkannya, terlebih ketika produktivitasmu jadi terganggu karena hal tersebut.”
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021