Hari ini belajar tatap muka terbatas dimulai di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Dampak dari pembelajaran tatap muka ini berpengaruh terhadap penghasilan pedagang baju sekolah, penjual sepatu dan tukang pangkas.
Hal itu berdasarkan penelusuaran ANTARA di beberapa lokasi termasuk di Pasar Sibolga dan Pasar Pandan.
Ompung Aritonang salah seorang pedagang pakaian sekolah di Pasar Sibolga Nauli mengungkapkan, bahwa jualannya mengalami peningkatan.
“Sebenarnya saya tidak tahu kalau hari ini sudah dimulai belajar tatap muka terbatas. Memang dari semalam sudah ramai yang beli baju dinas. Ketika kami tanya kepada pembeli, katanya hari ini sudah mulai belajar tatap muka, dan wajib pakai dinas,” ujar Ompung Aritonang didampingi istrinya boru Lubis.
Diakuinya, tidak ada persediaan atau stok pakaian seragam sekolah, karena informasinya mendadak. Sehingga mereka belum sempat belanja banyak, dan masih mengandalkan stok yang lama.
“Kami tidak tahu kalau hari ini sudah mulai tatap muka terbatas, sehingga kami tidak belanja. Dan stok yang ada sekarang ini, adalah stok yang kemarin-kemarin. Demikian juga soal harga, masih berpatokan ke harga pembelian bulan-bulan yang lalu. Semoga harga dinas anak sekolah ini tidak mengalami kenaikan, karena kami masih menggunakan harga lama,” katanya.
Ada pun harga pakaian seragam sekolah untuk SD, dibarol diangka Rp160ribu untuk satu stel, sama juga dengan pakaian Pramuka. Sedangkan untuk pakain sekolah SMP seharga Rp170 ribu.
“Yang paling banyak laku itu pakaian seragam SD, khususnya untuk kelas 1. Mungkin karena ini baru pertama masuk sekolah. Untuk SMP tidak begitu banyak laku, paling-paling untuk dinas kelas 7,” tambahnya.
Baca juga: Abdul Rahman Sibuea terpilih kembali sebagai Ketum KONI Tapteng
Selain penghasilan dari pedagang pakaian sekolah, pedagang sepatu juga turut mengalami peningkatan. Menurut pengakuan M Koto (43), salah seorang penjual sepatu di Sibolga, penjualan sepatunya meningkat. Ia pun mengakui hal yang serupa seperti pedagang pakaian seragam sekolah.
“Ini tiba-tiba saja pak, karena kita tidak tahu kapan masuk sekolah tatap muka. Untung saja stok kita masih ada, dan itupun sudah tinggal dikit,” ungkapnya.
Ditanya berapa harga sepatu dijualnya, menurut Koto tergantung merk dan ukuran. Rata-rata untuk anak SD kelas 1, seharga Rp80ribu dengan merk yang lumayan. Sedangkan untuk SMP kisaran Rp90-100ribu.
“Lumayanlah pak penghasilan sejak kemarin sampai hari ini,” pungkasnya.
Tidak hanya pedagang pakaian dan sepatu, tukang pangkas juga turut kebagian rezeki. Hal itu diakui Uda Romi tukang pangkas Mahkota yang ada di Pandan.
“Meningkat penghasilan kami, dan rata-rata anak-anak yang potong rambut. Menurut pengakuan orangtua mereka, anaknya akan belajar tatap muka, jadi harus rapi. Alhamdulillah pak, dengan adanya sekolah tatap muka ini, meningkat penghasilan kami. Mungkin selama ini karena belajar online, tidak begitu diperhatikan penampilan rambut anaknya,” katanya.
Sementara itu hasil pantuan di lapangan, proses belajar tatap muka terbatas ini berlangsung hanya sekitar 1 jam. Dan jumlah siswa dalam ruangan juga dibatasi dengan dua gelombang masuk. Hal itu bertujuan untuk membatasi jumlah siswa dalam satu ruangan. Dan masing-masing sekolah terlihat menyediakan sarana prokes seperti air dan sabun untuk cuci tangan, dan juga alat pengukur suhu tubuh.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Hal itu berdasarkan penelusuaran ANTARA di beberapa lokasi termasuk di Pasar Sibolga dan Pasar Pandan.
Ompung Aritonang salah seorang pedagang pakaian sekolah di Pasar Sibolga Nauli mengungkapkan, bahwa jualannya mengalami peningkatan.
“Sebenarnya saya tidak tahu kalau hari ini sudah dimulai belajar tatap muka terbatas. Memang dari semalam sudah ramai yang beli baju dinas. Ketika kami tanya kepada pembeli, katanya hari ini sudah mulai belajar tatap muka, dan wajib pakai dinas,” ujar Ompung Aritonang didampingi istrinya boru Lubis.
Diakuinya, tidak ada persediaan atau stok pakaian seragam sekolah, karena informasinya mendadak. Sehingga mereka belum sempat belanja banyak, dan masih mengandalkan stok yang lama.
“Kami tidak tahu kalau hari ini sudah mulai tatap muka terbatas, sehingga kami tidak belanja. Dan stok yang ada sekarang ini, adalah stok yang kemarin-kemarin. Demikian juga soal harga, masih berpatokan ke harga pembelian bulan-bulan yang lalu. Semoga harga dinas anak sekolah ini tidak mengalami kenaikan, karena kami masih menggunakan harga lama,” katanya.
Ada pun harga pakaian seragam sekolah untuk SD, dibarol diangka Rp160ribu untuk satu stel, sama juga dengan pakaian Pramuka. Sedangkan untuk pakain sekolah SMP seharga Rp170 ribu.
“Yang paling banyak laku itu pakaian seragam SD, khususnya untuk kelas 1. Mungkin karena ini baru pertama masuk sekolah. Untuk SMP tidak begitu banyak laku, paling-paling untuk dinas kelas 7,” tambahnya.
Baca juga: Abdul Rahman Sibuea terpilih kembali sebagai Ketum KONI Tapteng
Selain penghasilan dari pedagang pakaian sekolah, pedagang sepatu juga turut mengalami peningkatan. Menurut pengakuan M Koto (43), salah seorang penjual sepatu di Sibolga, penjualan sepatunya meningkat. Ia pun mengakui hal yang serupa seperti pedagang pakaian seragam sekolah.
“Ini tiba-tiba saja pak, karena kita tidak tahu kapan masuk sekolah tatap muka. Untung saja stok kita masih ada, dan itupun sudah tinggal dikit,” ungkapnya.
Ditanya berapa harga sepatu dijualnya, menurut Koto tergantung merk dan ukuran. Rata-rata untuk anak SD kelas 1, seharga Rp80ribu dengan merk yang lumayan. Sedangkan untuk SMP kisaran Rp90-100ribu.
“Lumayanlah pak penghasilan sejak kemarin sampai hari ini,” pungkasnya.
Tidak hanya pedagang pakaian dan sepatu, tukang pangkas juga turut kebagian rezeki. Hal itu diakui Uda Romi tukang pangkas Mahkota yang ada di Pandan.
“Meningkat penghasilan kami, dan rata-rata anak-anak yang potong rambut. Menurut pengakuan orangtua mereka, anaknya akan belajar tatap muka, jadi harus rapi. Alhamdulillah pak, dengan adanya sekolah tatap muka ini, meningkat penghasilan kami. Mungkin selama ini karena belajar online, tidak begitu diperhatikan penampilan rambut anaknya,” katanya.
Sementara itu hasil pantuan di lapangan, proses belajar tatap muka terbatas ini berlangsung hanya sekitar 1 jam. Dan jumlah siswa dalam ruangan juga dibatasi dengan dua gelombang masuk. Hal itu bertujuan untuk membatasi jumlah siswa dalam satu ruangan. Dan masing-masing sekolah terlihat menyediakan sarana prokes seperti air dan sabun untuk cuci tangan, dan juga alat pengukur suhu tubuh.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021