Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) melakukan pengembangan program Agroforestry berbasis Kopi Arabika di Kecamatan Saipar Dolok Hole,Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).

"Daat ini sudah berjalan luasan tahap awal 200 hektare. Lokasinya di Hutan Kawasan di Desa Simanosor Sidapdap," kata Ketua MPIG Tapsel Suryadi kepada ANTARA di Sipirok, Sabtu (19/6).

Program ini merupakan pilot project di Sumatera Utara bermitra dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Sumut dengan memanfaatkan lahan kawasan tanpa merusak hutan (menjaga ekosistem dan hayati).

Baca juga: Pemprov Sumut akan bangun kilang produksi kopi di Tapsel penuhi kebutuhan ekspor

"Bibit kopi ini di tanam di antara tegakan pohon 200 ha sebagai pelindungnya. Yang di imas (tebang) pohon - pohon diameter 10 cm ke bawah. Bahkan sekeliling tegakan pohon nantinya tumpang sari tanaman vanili terbaik sebagai tambahan pendapatan petani," katanya. 

Saat ini (sudah bekerja) dimana Kelompok Tani Bersama Desa Sidapdap Simanosor gabungan tiga dusun yakni Dusun Sidapdap, Dusun Simanosor Julu dan Dusun Simaninggir, tengah melakukan gotong royong. 

"Mereka secara kelompok (20 orang/kelompok bagi 6 kelompok). Setiap kelompok bekerja gotong royong secara bergantian. Sekarang pupuk organik juga sudah mulai masuk tinggal menunggu herbisida (pembasmi gulma) dari Dinas Perkebunan Sumut," katanya. 

Area kualitas ekspor

Rencannya, lahan hutan seluas 200 ha itu akan ditanami bibit kopi arabika sebanyak 320 ribu batang (1600 batang/ha). Lokasinya cukup mendukung 1200 meter lebih diatas permukaan laut (dpl) sangat pas pengembangan kopi arabika. 

"Salah satu kunci penting lainnya soal suhu kelembaban udaranya sangat stabil antara 15 - 25 derajat ceksius, pencahayaan 60 persen, jenis tanah organik PH antara 5,5 - 6,5. Artinya sesuai standar yang diinginkan kopi arabika kualitas ekspor,"katanya. 

Kedepannya estimasi produksi kopi arabika program agroforestry setelah di olah menjadi green bean kualitas ekspor yang cukup baik  mencapai 800 kg - 1 ton/hektare/ tahun. Bila di asumsikan harga green bean sekarang Rp70 ribu/kg berarti dalam per hektare menghasilkan uang antara Rp56 juta - Rp70 juta/ha/tahun.

"Bayangkan saja bila diakumulasikan luasan 200 ha dengan pendapatan Rp56 juta - Rp70 juta/ha/tahun berarti perputaran uang kelompok tani bersama bisa mencapai Rp11,2 milyar - Rp14 milyar lebih/ tahun dari penjualan green beand. Belum lagi tambahan vanili yang berharga Rp 200 ribu/kg" jelasnya. 

Langkah BUMD

Adapun peran BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) Provinsi Sumatera Utara kedepannya soal memikirkan berbagai peralatan pendukung dan pasar. Mulai mesin pengupas kulit ceri (pulper), pengupas kulit tanduk kopi menjadi green beand (huller), rumah jemur (dome), alat sortir (grading) dan mesin serbuk (suton).

Adapun varian citarasa olahan hasil kopi arabika program Agoforestry nantinya seperti fruity, wine, specialty, natural, hani, peabery dan luwak liar yang akan di pasarkan nantinya baik dalam dan luar negeri oleh BUMD termasuk menampung hasil produksi petani lainnya di Tapsel. 

Kilas balik

Suryadi kilas balik menceritakan terwujudnya program ini berawal ketika mengikuti Festival Coffe di Medan tahun 2019 lalu. Saat itu, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sangat tertarik Kopi Arabika Sipirok karena potensinya bagus dan bisa dikembangkan. 

"Sampai Pak Gubernur bilang "Sumut memiliki komoditi unggulan yakni Kopi Arabika" dan tertarik dan merasa terkejut setelah citarasa kopi arabika yang ia seruput di luar negeri ternyata dari berasal Sumut (Kopi Mandiling)," kata Suryadi. 

Indikasi geogtafis

Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) tidak lupa juga mengatakan bahwa program MPIG bekerjasama Pemprov Sumut ini tidak lepas dorongan Pemkab Tapanuli Selatan yang saat ini dipimpin Bupati Dolly P.Pasaribu menggantikan Syahrul M.Pasaribu.

"Kopi Arabika Sipirok kini mendapat perlindungan Indikasi Geografis (IG) atau hak patent berkat Pemkab Tapsel hingga MPIG lahir dan bermitra dengan Provinsi dalam program Agroforestry berbasis Kopi Arabika di SD.Hole," katanya. 

Demikian halnya perhatian Ketua Yaspenhir Pesantren Darul Mursyid (PDM) Sidabdab Simanosor, Jafar Syahbuddin Ritonga yang mendorong masyarakat sekitar agar bekerjasama dengan MPIG. 

"Semua itu dalam rangka mewujudkan Sumut membangun desa menata kota yang agraris dan bermartabat serta mewujudkan masyarakat Tapsel yang sehat, cerdas dan sejahtera. Juga akan ada retribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD)," kata Suryadi.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021