Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan tidak mudik akan menyelamatkan keluarga yang mayoritas lanjut usia karena biasanya saat mudik Lebaran akan mengunjungi keluarga yang lebih tua.

"Jika kita tidak mudik, maka kita sudah menyelamatkan sanak saudara yang mayoritas adalah lanjut usia yang menduduki persentase besar kontributor kasus dan kematian COVID-19 sehingga mohon untuk bersikap bijak sebelum bertindak," kata Wiku saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan lansia rentan terinfeksi COVID-19 karena daya tahan tubuh mereka cenderung lemah dan berisiko tinggi terhadap kematian akibat COVID-19 apalagi jika memiliki penyakit penyerta.

Baca juga: Dinilai lamban, Bobby Nasution copot Kadis Kesehatan

Perayaan Lebaran atau Idul Fitri 1442 H tak lama lagi. Berkumpul dengan sanak saudara di kampung halaman menjadi tradisi bagi setiap individu yang merayakannya.

Namun, di tengah pandemi COVID-19 yang masih merebak, pemerintah mengimbau warga untuk bersabar dan merayakan hari raya bersama keluarga secara virtual.

Wiku menuturkan belajar dari beberapa pengalaman libur panjang atau mudik, angka kasus konfirmasi positif COVID-19 mengalami kenaikan. Fenomena itu yang harus dihindari bersama menjelang Idul Fitri.

Oleh karenanya, pemerintah melarang mudik untuk menghindari lonjakan kasus positif dan kematian akibat COVID-19.

Belajar dari lonjakan kasus yang dialami India karena ada acara keagamaan dengan mobilitas tinggi tanpa protokol kesehatan, pemerintah Indonesia pun mengendalikan mobilitas penduduk, salah satunya dengan melarang mudik. Masyarakat berkerumun dengan sikap abai pada protokol kesehatan sehingga penularan COVID-19 meningkat signifikan.

India melaporkan lebih dari 2.000 korban meninggal karena COVID-19 dalam 24 jam terakhir, angka tertinggi bagi India hingga saat ini, menurut data Kementerian Kesehatan pada Rabu.

India pada Kamis mencatat rekor 314.835 kasus baru COVID-19 dalam sehari, lonjakan harian tertinggi di dunia.

Kasus COVID-19 di India kini mencapai 15,93 juta, dengan total 184.657 kematian, termasuk 2.104 kematian baru, menurut data kementerian.

Pakar kesehatan mengatakan India sudah lalai ketika virus tampaknya terkendali selama musim dingin, saat tercatat sekitar 10.000 kasus baru sehari dan ketika pihaknya mencabut pembatasan COVID-19 yang memungkinkan pertemuan bear.

Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi menuai kritikan lantaran menggelar rapat umum politik untuk pemilu daerah dan mengizinkan festival agama, di mana jutaan orang berkumpul.
 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021