Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi tertekan naiknya imbal hasil (yield) surat utang atau obligasi Amerika Serikat.
Pada pukul 9.52 WIB, rupiah melemah 78 poin atau 0,54 persen ke posisi Rp14.558 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.480 per dolar AS.
"Rupiah kemungkinan tertekan sentimen kenaikan yield US treasury dan indeks dolar. Sementara itu inflasi Maret yang diperkirakan tetap rendah sebesar 1,36 persen (yoy), akan membatasi nilai tukar rupiah," kata analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Rupiah melemah seiring kembali naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat
Kenaikan imbal hasil obligasi AS didorong naiknya data CB Consumer confidence AS Maret sebesar 109,7, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi sebesar 96,5. Data tersebut menunjukan semakin baiknya ekspektasi konsumen di AS atas ekonomi negara tersebut.
"Data CB Consumer confidence AS Maret juga mengindikasikan akan naiknya konsumsi masyarakat AS dan mendorong laju inflasi," ujar Ahmad.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kemungkinan stabil di level 1,75 persen. Setelah naik tajam di atas 1,77 persen, imbal hasil obligasi AS kemungkinan akan melanjutkan koreksi dengan menariknya level imbal hasil obligasi tersebut bagi investor asing di tengah kekhawatiran gagal bayar atau default kredit beberapa bank besar di AS.
Sementara indeks dolar kemungkinan menguat ke level 93,5 hari ini di tengah kekhawatiran kembali meningkatnya kasus COVID-19 harian di AS dan negara-negara di Eropa.
"Dollar menjadi alternatif pilihan di tengah ketidakpastian tersebut. Yield US treasury yang kembali naik juga memperkuat dolar terhadap mata uang utama dunia lainya," kata Ahmad.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar dengan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) diperkirakan melemah ke level Rp14.550 per dolar AS.
Pada Selasa (27/3) lalu, rupiah ditutup melemah 35 poin atau 0,24 persen ke posisi Rp14.480 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.445 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Pada pukul 9.52 WIB, rupiah melemah 78 poin atau 0,54 persen ke posisi Rp14.558 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.480 per dolar AS.
"Rupiah kemungkinan tertekan sentimen kenaikan yield US treasury dan indeks dolar. Sementara itu inflasi Maret yang diperkirakan tetap rendah sebesar 1,36 persen (yoy), akan membatasi nilai tukar rupiah," kata analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Rupiah melemah seiring kembali naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat
Kenaikan imbal hasil obligasi AS didorong naiknya data CB Consumer confidence AS Maret sebesar 109,7, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi sebesar 96,5. Data tersebut menunjukan semakin baiknya ekspektasi konsumen di AS atas ekonomi negara tersebut.
"Data CB Consumer confidence AS Maret juga mengindikasikan akan naiknya konsumsi masyarakat AS dan mendorong laju inflasi," ujar Ahmad.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kemungkinan stabil di level 1,75 persen. Setelah naik tajam di atas 1,77 persen, imbal hasil obligasi AS kemungkinan akan melanjutkan koreksi dengan menariknya level imbal hasil obligasi tersebut bagi investor asing di tengah kekhawatiran gagal bayar atau default kredit beberapa bank besar di AS.
Sementara indeks dolar kemungkinan menguat ke level 93,5 hari ini di tengah kekhawatiran kembali meningkatnya kasus COVID-19 harian di AS dan negara-negara di Eropa.
"Dollar menjadi alternatif pilihan di tengah ketidakpastian tersebut. Yield US treasury yang kembali naik juga memperkuat dolar terhadap mata uang utama dunia lainya," kata Ahmad.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar dengan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) diperkirakan melemah ke level Rp14.550 per dolar AS.
Pada Selasa (27/3) lalu, rupiah ditutup melemah 35 poin atau 0,24 persen ke posisi Rp14.480 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.445 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021