Tidak seperti hari-hari biasanya, Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu, Bandung, Jawa Barat kini tampak sepi dari pengunjung. Apalagi masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mencegah penyebaran COVID-19.

Hal itu dituturkan Rahmat, salahsatu pedagang souvenir saat berbincang kepada ANTARA Sumut di lokasi wisata itu, pada Rabu (20/1) kemarin. 

Sepinya pengunjung sangat berdampak terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitar. Utamanya yang bergantung hidup pedagang, dan jasa. 

"Tajamnya penurunan tingkat pengunjung mulai dirasakan sejak wabah COVID-19 melanda negeri sekitar Maret 2020 hingga sekarang," ujarnya. 

Terpantau pada hari itu sejumlah besar rumah makan, restoran, toko-toko souvenir yang diselimuti kabut tebal terlihat pada tutup.

Menurut Rahmat, selama masa pandemi COVID-19 pengelola swasta Tangkuban Perahu memberlakukan peraturan ketat protokol kesehatan. 

"Deretan puluhan toko-toko souvenir bukanya juga diatur. Tidak diperbolehkan buka bersamaan, ada atur jaga jarak. Artinya, satu buka sebelahnya tutup demikian seterusnya,. Tujuannya antisipasi penyebaran COVID-19," katanya.

Meski tempat usaha juga atur jarak, namun, kata Rahmat, pedagang banyak yang tutup atau tidak membuka dagangannya akibat sepinya pengunjung yang datang. 

"Yang jelasnya semasa pandemi COVID-19 omzet penjualan jauh menurun hingga mencapai 80-90 persen," kata Rahmat yang mengaku sebagai karyawan. 

Ia dan masyarakat sekitar yang bergantung hidup dari kunjungan wisata jauh berharap seraya mendoakan wabah COVID-19 cepat berlalu demi pulihnya ekonomi. 

Rahmat menjelaskan, Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh swasta PT Graha Rani Putra Perkasa (GRPP) yang "dibidani" Putra Kaban.

Karcis masuk pengunjung nusantara Rp20 ribu per orang, untuk penataan parkir mobil (roda empat) Rp5 ribu, karcis masuk mobil (roda empat) Rp25 ribu per mobil. 

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021