Kelainan kaki anak tidak hanya disebabkan oleh kelainan tulang namun dapat juga disebabkan kelainan otot, saraf, dan ligamen, kata Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Muhammad Deryl Ivansyah, Sp.OT.

"Pada masa pertumbuhan perkembangan kaki anak perlu mendapat perhatian serius dari orang tua seperti kelainan kaki anak ceper, berbentuk O atau X, dan beberapa kondisi lainnya agar bisa ditangani secara dini," kata dia dalam keterangannya di Depok, Selasa (1/12).

Ia mengatakan kelainan ini dapat terjadi sebagai hal yang umum mengingat anak masih dalam tahap pertumbuhan, namun terdapat pula beberapa kondisi yang harus segera dikonsultasikan ke dokter.

Baca juga: Kemenkes: Temuan kasus baru HIV di masa pandemi menurun

Menurut dia, kelainan kaki pada anak banyak sekali, beberapa contoh kelainan kaki anak yang paling sering dikeluhkan orang tua, di antaranya kaki ceper (flat feet), kaki pengkor (CTEV/clubfoot), kaki O (bow legs), dan kaki X (knock knees).

Dia menjelaskan mengenai kondisi kelainan kaki anak di antaranya kaki ceper pada anak usia di bawah enam tahun masih tergolong dalam kondisi yang wajar karena ligamen anak lebih lentur dan banyaknya lemak di telapak kaki.

Namun, jika sudah berusia enam tahun, kondisi kakinya masih ceper, perlu dikonsultasikan ke dokter. Terlebih jika anak merasakan nyeri, aktivitasnya terbatas, dan hanya satu kaki yang terlibat dalam aktivitas.

Kondisi kaki pengkor, dokter Deryl mengatakan bahwa kondisi ini mudah dideteksi, bahkan saat anak masih dalam kandungan melalui USG pada akhir trimester kedua kehamilan.

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi biasanya akan menginfokan hal ini. Untuk tatalaksana kaki pengkor, metode ponseti menjadi salah satu solusi yang mudah dan murah.

Ia menyebut semakin dini dilakukan tindakan, semakin baik hasilnya. Angka keberhasilan metode ini dapat mencapai 95 persen jika dilakukan dengan benar dan 70 persen kasus bahkan tidak perlu dilakukan operasi jika ditangani sebelum usia lima bulan.

Kondisi kaki O pada anak, dokter Deryl mengatakan masih dianggap normal sampai anak berusia tiga tahun.

"Cara kita melihatnya yaitu dengan merapatkan mata kaki anak lalu dilihat bagian lututnya apakah jaraknya kurang dari enam centimeter. Jika iya maka masih dianggap normal. Namun, jika jaraknya lebih dari enam centimeter, adanya nyeri, serta anak berjalan pincang, maka harus segera dikonsultasikan ke dokter," katanya.

Penanganan kaki O di antaranya melalui metode observasi, pemasangan brace, atau operasi. Metode ini dipilih tergantung pada derajat keparahan dan kondisi medis lainnya.

Kondisi kaki X, kata dia, kondisi yang umum saat bayi lahir dengan kaki O kemudian setelah berusia tiga tahun, kaki agak sedikit ke dalam seperti bentuk X, dan saat berusia delapan tahun akan kembali normal.

Untuk memeriksa kondisi kaki X ini dapat dilakukan dengan merapatkan kedua lutut anak, jika jarak antara kedua mata kaki anak kurang dari delapan centimeter, maka masih dianggap normal. Jika terdapat kelainan bentuk yang berat, terdapat nyeri, pincang, hanya satu kaki yang terlibat saat beraktivitas segera konsultasikan ke dokter.

Dokter Deryl memberikan pesan kepada masyarakat untuk mengenali tanda-tanda kelainan kaki yang bukan variasi normal, dan jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
 

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020