Ketua DPW SHI (Sarekat Hijau Indonesia) Hendrawan Hasibuan menyebut ada anggapan Pohon Beringin itu "menyeramkan" karena sering disebut-sebut "persinggahan" makhluk gaib adalah sebuah mitos.

"Ini antaralain yang saya sampaikan pada diskusi pendek mendorong Pemuda dalam Keberlanjutan Kelestarian Hutan di Bumi Tapanuli Selatan," ungkapnya kepada ANTARA di Sipirok, Senin (19/10).

Baca juga: Positif COVID-19 di Tapanuli Selatan bertambah terus, total 83 orang

Menurut dia, cerita itu kemungkinan besar sengaja dibesar-besarkan sejak dulu kala dengan tujuan agar Pohon Beringin, di Tapanuli Selatan dikenal "Aruaya" tidak dirambah orang-orang serakah.

"Menang sering dipandang sebelahmata karena tidak tidak memiliki nilai ekonomis yang instan. Padahal, sebenarnya (Aruaya - Ara - Beringin - Ficus Benjamina - Waringin) merupakan jenis tumbuhan yang banyak berjasa pada kelestarian hutan," sebutnya.

Alasannya, kata dia, karena Aruaya yang tumbuh sendiri dan juga ditanami oleh nenek moyang sejak ratusan tahun silam bertujuan untuk menjaga erosi, banjir dan kelestarian hutan.

"Sekaligus membuktikan bahwasanya nenek moyang sejak ratusan tahun sudah memiliki pemahaman konservasi dengan membudidayakan Aruaya atau Pohon Beringin tersebut," kata Hendrawan juga Koordinator JAMM (Jaringan Advokasi Masyarakat Marjinal).

Sesuai tema diskusi "Melanjutkan Kelestarian Alam di Bumi Tapanuli Selatan" , Ia, lebih jauh mengajak para generasi muda pegiat lingkungan saat ini untuk dapat mengikuti langkah leluhur untuk giat melakukan konservasi demi menyelamatkan lingkungan termasuk membudidayakan Pohon Beringin.

Turut dalam diskusi Direktur KMMK, Irham Pasaribu dan juga Takdir Ali Sahbana Nasution (Mantan Mahasiswa UMTS) yang sekarang bergerak di organisasi kepemudaan.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020