Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menyatakan bahwa angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia masih di atas rata-rata dunia meski jumlah kasus aktifnya sudah berada di bawah rata-rata dunia dan tingkat kesembuhan pasiennya sudah melampaui rata-rata di dunia.
"Jadi angka kematian ini menjadi PR kita bersama karena jumlah kematian di Indonesia masih di atas rata-rata dunia," kata Anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dr. Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Rabu (2/9)
.Baca juga: Aceh laporkan kasus pertama dokter meninggal karena COVID-19
"Berarti permasalahan kita adalah bagaimana penanganan kesehatan bisa dilakukan dengan baik dan benar sehingga orang yang sakit bisa bergerak menjadi sembuh. Dan pasien-pasien yang kritis ini bisa ditangani sampai sembuh," katanya.
Hingga 1 September 2020 jumlah kasus COVID-19 global yang dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencapai 25.327.098 kasus dan 848.255 (3,3 persen) di antaranya mengakibatkan kematian.
Di Indonesia, jumlah akumulatif kasus COVID-19 hingga 1 September 2020 tercatat 177.571 kasus dan 7.505 (4,2 persen) di antaranya menyebabkan kematian.
Baca juga: Sejak Maret-Agustus sebanyak 100 tenaga medis meninggal karena COVID-19, Presiden sampaikan belasungkawa
"Memang kalau lihat angka kematian ini saya melihat progresnya cukup lambat untuk turunnya. Jadi dari mulai tertingginya, kemudian dari rata-ratanya, kita melihat di sini memang ada penurunan, namun memang tidak terlalu besar," kata Dewi.
Dia mengajak seluruh warga menjaga kesehatan dan menjalankan protokol kesehatan guna menghindari penularan COVID-19 agar tidak menambah beban rumah sakit dan petugas medis yang sudah kewalahan menangani pasien COVID-19.
"Yang harus kita ingat, Indonesia ini negara yang besar. Sebagai negara keempat dengan peringkat jumlah penduduk tertinggi di dunia kita harus mengukur kapasitas fasilitas kesehatan kita juga," katanya.
"Ini juga yang membuat kita harus paham untuk jangan sampai tertular, jangan sampai sakit, jangan sampai harus pergi ke rumah sakit karena sudah pasti layanan kesehatan tidak akan bisa mengakomodir jumlah kasus yang banyak dalam waktu bersamaan," demikian Dewi Nur Aisyah.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Jadi angka kematian ini menjadi PR kita bersama karena jumlah kematian di Indonesia masih di atas rata-rata dunia," kata Anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dr. Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Rabu (2/9)
.Baca juga: Aceh laporkan kasus pertama dokter meninggal karena COVID-19
"Berarti permasalahan kita adalah bagaimana penanganan kesehatan bisa dilakukan dengan baik dan benar sehingga orang yang sakit bisa bergerak menjadi sembuh. Dan pasien-pasien yang kritis ini bisa ditangani sampai sembuh," katanya.
Hingga 1 September 2020 jumlah kasus COVID-19 global yang dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencapai 25.327.098 kasus dan 848.255 (3,3 persen) di antaranya mengakibatkan kematian.
Di Indonesia, jumlah akumulatif kasus COVID-19 hingga 1 September 2020 tercatat 177.571 kasus dan 7.505 (4,2 persen) di antaranya menyebabkan kematian.
Baca juga: Sejak Maret-Agustus sebanyak 100 tenaga medis meninggal karena COVID-19, Presiden sampaikan belasungkawa
"Memang kalau lihat angka kematian ini saya melihat progresnya cukup lambat untuk turunnya. Jadi dari mulai tertingginya, kemudian dari rata-ratanya, kita melihat di sini memang ada penurunan, namun memang tidak terlalu besar," kata Dewi.
Dia mengajak seluruh warga menjaga kesehatan dan menjalankan protokol kesehatan guna menghindari penularan COVID-19 agar tidak menambah beban rumah sakit dan petugas medis yang sudah kewalahan menangani pasien COVID-19.
"Yang harus kita ingat, Indonesia ini negara yang besar. Sebagai negara keempat dengan peringkat jumlah penduduk tertinggi di dunia kita harus mengukur kapasitas fasilitas kesehatan kita juga," katanya.
"Ini juga yang membuat kita harus paham untuk jangan sampai tertular, jangan sampai sakit, jangan sampai harus pergi ke rumah sakit karena sudah pasti layanan kesehatan tidak akan bisa mengakomodir jumlah kasus yang banyak dalam waktu bersamaan," demikian Dewi Nur Aisyah.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020